Selasa, 07 September 2010

DPR Lieur.


JAKARTA, KOMPAS.com - Alasan anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang ngotot membangun gedung mewah baru senilai Rp 1,6 triliun tak dapat dipahami. Alasan membangun gedung baru karena yang lama tak lagi dapat menampung aktivitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat juga terkesan terlalu dipaksakan untuk mendasari pembangunan gedung mewah 36 lantai dengan fasilitas kebugaran dan kolam renang.

Hal itu dikemukakan Koordinator Forum Masyarakat Pemantau Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang dalam acara diskusi ”Polemik Radio Trijaya Network” di Jakarta, Sabtu (4/9/2010).

Sebastian mengatakan, apabila penjelasan awal dari anggota DPR yang ingin membangun gedung baru adalah karena gedung Nusantara I tak mampu menampung yang ada di dalamnya sekarang ini, berarti ada konsep pembagian.

”Tentu gedung baru itu nantinya tak harus 36 lantai. cukup dibagi berapa yang tak tertampung di gedung lama untuk kemudian dibangun gedung yang baru sesuai kebutuhan,” kata Sebastian.

Selain itu, fasilitas kebugaran, seperti fitness centre dan kolam renang, yang ada dalam rencana pembangunan gedung mewah baru DPR ini, menurut Sebastian, jelas tak masuk akal. ”Kalau kita sepakat terhadap prinsip arsitektur sebuah bangunan bahwa bentuk mengikuti fungsi, patut kita tanyakan, gedung baru DPR ini untuk bekerja atau untuk kebugaran. Kalau untuk bekerja, tentu tak perlu ada kolam renang dan fitness centre,” ujarnya.

Anggota Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR dari Fraksi Demokrat, Michael Wattimena, mengatakan, salah satu yang mendasari pembangunan gedung baru adalah pengalaman dari hasil kunjungan kerja DPR ke luar negeri. ”Saya ke Jerman, teman-teman saya ada yang ke Maroko dan Perancis melihat kelembagaan parlemen di sana. Gedung parlemen di luar negeri menjadi tujuan wisata bagi turis lokal dan asing. Ini memberikan penambahan devisa,” katanya.

Ia mengungkapkan, kondisi ruangan anggota DPR sekarang sudah overload. ”Harapan masyarakat kan kinerja kami meningkat, tetapi kami hanya punya satu staf ahli dan rencananya kami akan merekrut lima staf ahli. Ukuran ruangan sekarang hanya 32 meter persegi yang ditempati satu anggota DPR, satu staf ahli, dan satu sekretaris,” ujarnya.

Menurut Michael, jika rakyat menuntut penguatan kelembagaan DPR, berarti harus pula ada penguatan sarana dan prasarana. Bicara prasarana, salah satunya adalah memperbarui gedung dengan menambahkan fasilitas, seperti perpustakaan. Gedung yang ada sekarang ini, menurut Michael, tak bisa meningkatkan spirit anggota DPR.

Namun, menurut Sebastian, apabila memang memperkuat kelembagaan, kebutuhan untuk perpustakaan atau pusat data dan informasi mutlak diperlukan DPR. Hanya saja tak ada hubungannya antara penguatan kelembagaan DPR dengan membangun fitness centre dan kolam renang. ”Yang diperlukan DPR itu perpustakaan serta pusat data dan informasi. Bukan kamar tidur, ruang tamu, atau kamar mandi,” katanya.

Anggota DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Abdul Malik Haramain, mengakui, banyak penolakan di kalangan DPR atas rencana pembangunan gedung mewah tersebut. Malik mengatakan, ia bersama dengan sejumlah anggota DPR yang lain akan menggalang penolakan pembangunan gedung baru.

”Sangat mungkin dibatalkan dan bisa saja. Saya tidak pernah merasa kekurangan apa pun, apakah fasilitas atau lainnya, selama menjadi anggota DPR. Satu-satunya yang memang kurang adalah staf ahli DPR yang selama ini hanya satu orang,” kata Malik.

Menurut Malik, penolakan terhadap rencana pembangunan gedung baru yang mewah ini akan disampaikan dalam forum Rapat Paripurna DPR. ”Kami juga ingin meminta agar DPR mengaudit gedung dan fasilitas yang ada karena sebenarnya banyak ruangan yang bisa dipakai seandainya nanti ada penambahan staf ahli,” katanya.

Malik mempertanyakan fungsi ruangan di gedung lama yang tak terpakai. ”Pengalaman saya waktu masih menjadi staf ahli Komisi I, ada ruangan staf ahli yang sangat representatif. Sekarang saya enggak tahu apakah ruangan itu masih digunakan atau tidak,” ujarnya.

Buta dan tuli

Sementara itu, sastrawan Radhar Panca Dahana, yang hadir dalam diskusi tersebut, mengungkapkan, kengototan DPR membangun gedung mewah pada saat rakyat masih terbebani banyak masalah semakin menunjukkan, anggota DPR ”buta dan tuli” terhadap penderitaan konstituennya. ”Anggota DPR sudah tuli terhadap suara publik. Ada banyak masalah yang lebih substansial daripada persoalan membangun gedung baru yang mewah,” ujarnya.

Radhar menilai, DPR saat ini seperti tak punya nurani ketika rakyat justru tengah menanggung banyak derita. ”Bagaimana bisa DPR menutup mata, sementara ada seorang ibu yang membakar dua anaknya sampai gosong karena tak sanggup menghidupi mereka, lalu si ibu membakar dirinya sendiri,” kata Radhar.

Radhar juga mengkritik desain gedung baru yang katanya artistik dan menggambarkan bangsa Indonesia yang multikultur. ”Desain gerbang yang katanya menggambarkan semangat, semangat apa? Pintu neraka pun punya gerbang,” katanya. (BIL)

Senin, 06 September 2010

Membuat Huruf Terbalik ( ʞılɐqɹǝʇ ɟnɹnɥ ʇɐnqɯǝɯ )


Cara Membuat Huruf Terbalik
Mungkin anda sudah tau tips/trik ini membuat huruf terbalik..Sekedar tambahan saja ternyata ada 3 situs yang saya tau menyediakan tools tulisan terbalik.Misalnya saya menulis "Halo apa kabar Dunia?" tulisannya menjadi terbalik "¿ɐıunp ɹɐqɐʞ ɐdɐ olɐɥ".Cara ini sangat mudah kok setelah browsing dari beberapa situs yang menyediakan layanan Tulisan terbalik secara Online yaitu http://www.sherv.net/flip.html merupakan Situs yang menyediakan layanan "Tulisan Terbalik" :
Warning : Sebenarnya tujuan tulisan ini adalah untuk seni dan keunikan tulisan itu sendiri tetapi sebaiknya jangan digunakan untuk mengirim pesan ke orang lain y karena kasihan orangnya disiksa di suruh baca kebalik juga. Selamat mencoba, bapak, ibu, teteh, aa, dan semua`y


<........................Silahkan Baca...............>

ʎ,ɐnɯǝs uɐp `ɐɐ `ɥǝʇǝʇ `nqı `ʞɐdɐq `ɐqoɔuǝɯ ʇɐɯɐlǝs ˙ɐƃnɾ ʞılɐqǝʞ ɐɔɐq ɥnɹns ıp ɐsʞısıp ɐʎuƃuɐɹo uɐɥısɐʞ ɐuǝɹɐʞ ʎ uıɐl ƃuɐɹo ǝʞ uɐsǝd ɯıɹıƃuǝɯ ʞnʇun uɐʞɐunƃıp uɐƃuɐɾ ɐʎuʞıɐqǝs ıdɐʇǝʇ ıɹıpuǝs nʇı uɐsılnʇ uɐʞıunǝʞ uɐp ıuǝs ʞnʇun ɥɐlɐpɐ ıuı uɐsılnʇ uɐnɾnʇ ɐʎuɹɐuǝqǝs : ƃuıuɹɐʍ
: ,,ʞılɐqɹǝʇ uɐsılnʇ,, uɐuɐʎɐl uɐʞɐıpǝʎuǝɯ ƃuɐʎ snʇıs uɐʞɐdnɹǝɯ lɯʇɥ˙dılɟ/ʇǝu˙ʌɹǝɥs˙ʍʍʍ//:dʇʇɥ nʇıɐʎ ǝuıluo ɐɹɐɔǝs ʞılɐqɹǝʇ uɐsılnʇ uɐuɐʎɐl uɐʞɐıpǝʎuǝɯ ƃuɐʎ snʇıs ɐdɐɹǝqǝq ıɹɐp ƃuısʍoɹq ɥɐlǝʇǝs ʞoʞ ɥɐpnɯ ʇɐƃuɐs ıuı ɐɹɐɔ˙,,halo apa kabar dunia?,, ʞılɐqɹǝʇ ıpɐɾuǝɯ ɐʎuuɐsılnʇ ,,¿ɐıunp ɹɐqɐʞ ɐdɐ olɐɥ,, sılnuǝɯ ɐʎɐs ɐʎulɐsıɯ˙ʞılɐqɹǝʇ uɐsılnʇ slooʇ uɐʞɐıpǝʎuǝɯ nɐʇ ɐʎɐs ƃuɐʎ snʇıs ᄐ ɐpɐ ɐʇɐʎuɹǝʇ ɐɾɐs uɐɥɐqɯɐʇ ɹɐpǝʞǝs˙˙ʞılɐqɹǝʇ ɟnɹnɥ ʇɐnqɯǝɯ ıuı ʞıɹʇ/sdıʇ nɐʇ ɥɐpns ɐpuɐ uıʞƃunɯ
ʞılɐqɹǝʇ ɟnɹnɥ ʇɐnqɯǝɯ ɐɹɐɔ

Sabtu, 04 September 2010

Membangun Anak Dengan Karakter Islam


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Berlakang
Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat harus di antisipasi dengan cepat, untuk itu diperlukan cara untuk mengantisipasinya. Antara lain dengan meningkatkan mutu pendidikan membangun karakter kreativitas anak. Dengan bekal ilmu, kreativitas tinggi dan stabil yang bias survive dalam kerasnya persaingan ini. Dalam hal ini tentunya, pendidikan dan ahlak menjadi faktor utama dalam membekali mereka untuk menjadi anak yang kreatif dan stabil, pendidikan disini mencakup pendidikan formal maupun informal.
Pendidikan karakter keagamaan di sekolah dan perguruan tinggi sangat dibutuhkan dalam membangun karakter bangsa, sekaligus mengurangi demontrasi yang bersifat destruktif. “mengenai hal itu dibahas pada pertemuan tokoh-tokoh agama di Yogyakarta, bagaimana upaya membangun karakter bangsa melalui pendidikan karakter keagamaan.” Kata pakar sosiologi agama dari Universitas Hasanudin Prof. Dr. Basir Syam di Makassar. Jumat (9/4)
Pentingnya memberikan pelajaran intensif di bidang keagamaan di sekolah atau perguruan tinggi, karena akan mempengaruhi mental dan karakter anak didik yang diharapkan menjadi generasi penerus bangsa. Seperti dilansir antara bahwa Menteri Agama Surya Dharma Ali mengatakan, pihaknya mendapat tugas dari Presiden Susilo Bambang Yudoyono mengumpulkan para tokoh agama dan masyarakat untuk membahas masalah pembangunan karakter bangsa.
Sementara itu, Basir mengatakan selama ini pelajaran agama di sekolah atau perguruan tinggi negeri diakui masih kurang, karena hanya tiga sks per semester. Berkaitan dengan hal tersebut diharapkan ke depan pemberian pendidikan karakter keagamaan bisa lebih intensif, baik melalui pendidikan formal maupun informal.

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya untuk meningkatkan pendidikan agama di sekolah-sekolah terutama di taman kanak-kanak yang bertujuan untuk membangun karakter anak dengan pemahaman ajaran islam.
Untuk mendeskripsikan pokok-pokok masalah dalam makalah ini, penulis mengemukakan pertanyaan sebagai berikut.
1.Bagaimana cara pendidik membangun karakter anak dengan ajaran Islam?

C.Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskrifsikan hal-hal yang berkaitan dengan cara penerapan pembelajaran agama di sekolah-sekolah terutama di Taman Kanak-kanak.
Secara khusus penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.Meningkatkan pemahaman pendidik dalam memberikan ajaran islam kepada peserta didik terutama dalam membangun karakter anak.

D.Teknik dan Metode Penulisan
Berbagai informasi hasil pengamatan dan pembuktian sangat diperlukan untuk menjawab atau memberikan alternatif jawaban dari pokok permasalahan yang disajikan dalam makalah ini. Penyusunan makalah ini penulis tempuh dengan metode:
1.Book Survey, yaitu suatu cara pengkajian permasalahan yang dihubungkan dengan buku-buku sumber menurut teori-teori serta pendapat para ahli yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2.Mengamati keadaan di sekitar lingkungan pendidikan.
3.Internet.

E.Sistematika Penulisan
Berikut merupakan sistematika penulisan mengenai Membangun Karakter Anak dengan Pengajaran Agama Islam

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
D.Teknik dan Metode Penulisan
E.Sistematika Penulisan

BAB II. PEMBAHASAN
A.Membangun karakter anak dengan islam
B.Pembentukan karakter : Anak-anak dan kekerasan
C.Mari mengenal anak kita
D.Karakter ibu idola sekaligus sahabat yang menyenangkan bagi anak
E.Mengakomodir perbedaan anak

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
B.Saran
Daftar Pustaka


BAB II
PEMBAHASAN


A.Membangun Karakter Anak dengan Islam

“Ayo, kalau kamu kencing di celana lagi, ibu panggilin dokter lho. Biar nanti disuntik..”.Kata – kata itulah yang sering terdengar di telinga kita ketika hendak membuat anak jera dan takut. Tanpa disadari, perilaku orang tua tersebut justru membuat anka menjadi trauma.
Trauma pada anak banyak disebabkan karena perilaku orang tua dalam mendidik anak. Sehingga, orang tua perlu menjalin hubungan yang positif dengan anak, dimana pendekatan kepada anak harus dilakukan secara baik.
Al-Qur’anul KArim mengajarkan kepada kedua orang tua cara berbicara dengan anak – anaknya melalui contoh yang terkandung dalam surah Al luqman ayat 13 “ Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya. ‘wahai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar – benar kelaliman yang besar”.
Teks Al Quran ini mengarahkan secara halus kepada kedua orang tua cara berbicara kepada anak – anaknya dan pentingnya kata yang lembut disertai rasa cinta kasih ketika kedua orang tua berbicara dengan anak – anaknya juga menyarankan argumentasi yang logis.
Menyuruh atau melakukan suatu tingkah laku perlu diberikan dengan ramah. Larangan dan hal –hal yang tidak boleh, disampaikan dengan alas an yang rasional dan logis serta dapat diterima dan dimengerti anak.
Menasehati anak merupakan cara yang efektif untuk mengubah tingkah laku anak. Namun, sejauh manakah upaya menasehati ini dapat mengubah tingkah laku anak? Efektifitas nasehat tergantung dari rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.
Rasulullaah SAW telah menekankan bahwa contoh tanggung jawab orang tua mengasuh anaknya adalah membimbing anak melalui nasehat, apabila tanpa nasehat kepada anaknya maka orang tua ditolak masuk surga. Sebagaimana sabda beliau “Barangsiapa diserahi tanggung jawab dalam pemeliharaan (keluarga, kerabat atau kaum muslimin keseluruhan) tetapi lalai membimbingnya dengan nasehat, maka ia akan dihalangi untuk masuk surga “(HR.Baihaqi).
Efektifitas nasehat tergantung pula kepada kejujuran orang tua dan tauladan yang baik dari orang tuanya. Setiap nasehat orang tua semestinya dipenuhi oleh oang tuanya dan ditepati nasehatnya. Janganlah orang tua menasehati atau menyuruh tapi kemudian tidak dilakukan atau dipenuhi.
Dari Abu Hurairoh ra, dari Rasulullah SAW, sesungguhnya beliau bersabda:
“Barangsiapa berkata kepada seorang anak kecil: ‘kemarilah dan ambillah’, tetapi kemudian ternyata tak diberikannya apa – apa, maka dia telah melakukan satu kedustaan”.(HR. Ahmad).
Ketikapun akan memberikan hukuman, maka hal itu untuk melampiaskan kemarahan. Sebagaimana acapkali dilakukan kebanyakan dari kita. Namun, bertujuan untuk mendidik dan mengajari anak atau meredam perilaku buruk anak. Ali bi Abi Thalib menyatakan, “Sesungguhnya orang berakal itu dengan adab dan binatang itu tiada yang dipikir kecuali memukul”.
Orang tua hendaknya menghondari sikap keras yang belebihan dalam memberi hukuman. Seandainya seorang anak melakukan kesalahan dalam satu hari lebih dari satu kali, hal itu wajar bagi anak kecil.
Oleh karena itu, orang tua harus memberi hukuman satu kesalahan saja dari sekian kesalahan. Kesalahan – kesalahan lain hendaknya ditinggalkan, sehingga ada kesempatan tepat untuk mengingatkannya atau membei pelajaran terhadapnya. Dengan cara itu, diharapkan kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada anak semakin berkurang dan penyembuhannya tentunya pelu waktu yang cukup lama.
Orang tua dapat saja menghukum dengan peringatan fisik, seperti memukul jika anaknya berbuat dosa besar atau meninggalkan kewajiban agama (sholat, puasa, dan lain – lain).
Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah anak – anakmu sholat ketika berusia 7 tahun, dan bila mencapai usia 10 tahun, mereka melalaikan sholat, pukullah mereka dan pisahkan tempat tidur mereka satu dengan yang lain”.(HR Ahmad, Abu Daud).
Agar anak – anak tidak menjadi penakut, orang tua perlu menggambarkan beberapa kisah para sahabat nabi. Banyak kisah – kisah tentang keberanian para sahabat nabi yang bias diceritakan pada anak. Seperti kisah Ali bin Abi Thalib ra. Pada malam ketika Nabi hendak memulai hijrah ke Madinah. Beliau rela menuruti perintah Nabi untuk menempati tempat tidurnya dan memakai selimut hijau beliau. Perintah ini diterima tanpa ada rasa takut dan keragu – raguan sedikitpun. Padahal ketika itu persis bahwa orang – orang Quraisy sedang mengintai dan berjaga – jaga untuk membunuh dan mebinasakan nabi.
Juga kisah Abdullah bin Abu Bakar. Beliau diberi tugas dan peran mencari berita tentang rencana orang – orang Quraisy yang ingin mencelakakan Nabi. Padahal ketika itu beliau belu baligh.
Ataupun Umair bin Abi Waqash yang menginginkan ikut perang Badar. Tatkala Rasulullah menolaknya karena masih kecil, Umair pun menangis. Melihat kenyataan itu Rasulullah SAW kemudian memberi izin. Akhirnya Umair terbunuh dalam peperangan tersebut.
Takut hanya dibolehkan kepada Allah saja. Kedua orang tua harus menekankan kepada anak – anaknya untuk takut kepada kehidupan akherat dan neraka Jahanam. Dari kehidupan Rasulullah kita bias mengetahui bagaimana cara beliau memberi nasehat kepada seorang pemuda tentang adanya hari akhir dan rasa takut kepada neraka. Rasulullah mengajak pemuda tesebut ke dalam masjid. Kemudian selesai sholat Rasul menasehatinya dengan membacakan surat At Takatsur. Subhanallah kita patut menirunya.

B.Pembentukan Karakter: Anak-anak dan Kekerasan
Rentang masa perkembangan anak semestinya dipenuhi kegembiraan sehingga berpengaruh positif bagi jiwanya. Akan tetapi, kecemasan dan ketakutan anak sekarang hadir di mana-mana: di sekolah, di jalanan, bahkan di rumah yang dihuni orangtuanya sekalipun. Kak Seto, dalam suatu kesempatan, pernah mengklaim bahwa kekerasan terhadap anak yang dilakukan orangtua mencapai angka 80 persen.
Saya pikir, ketika anak akrab dengan kekerasan, ancaman kehilangan jati diri, kepercayaan, dan kemandirian dalam dirinya akan menghilang. Maka, menciptakan lingkungan yang menenteramkan anak adalah keniscayaan yang tak bisa ditawar-tawar. Sebab, tanpa situasi tenteram dan tenang, anak akan merasa tertekan sehingga berakibat pada terganggunya perkembangan jiwa.
Jangan heran jika pribadi anak pada masa mendatang akan memantulkan laku yang keras dan otoriter. Ia akan berubah menjadi warga keras, tidak toleran, pendendam, dan antisosial. Bahkan, timbul fanatisme berlebihan terhadap keyakinannya sehingga ia menyelesaikan konflik dengan cara-cara yang mengarah pada kekerasan.
Kekerasan terhadap anak secara fisik atau psikis adalah perilaku masyarakat jahiliyah dan tidak berbudaya. Melakukan kekerasan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa anak sehingga harus kita redam. Mencaci, berkata-kata kotor, tidak sopan, dan menjewer anak akan membentuknya menjadi seorang anak yang tidak disiplin. Paling berbahaya lagi, kekerasan fisik dan psikis terhadap anak akan melahirkan generasi yang menyelesaikan sengketa dengan kekerasan juga.
Pelanjut bangsa dari sisi sumber daya manusia, anak adalah generasi penerus berlanjutnya suatu bangsa dan kelompok strategis yang harus diperhatikan agar mereka dapat tumbuh dan berkembang mencapai kedewasaan sampai berumur 18 tahun. Saat
ini, dengan jumlah penduduk berusia kurang dari 18 tahun sekitar 68 juta jiwa atau 30 persen, diperlukan perhatian yang tidak sekadar tertuang dalam bentuk peringatan rutin tahunan, misalnya Hari Anak saja.
Perhatian harus berlanjut sepanjang hayat dalam memperlakukan anak dengan cara yang baik dan beradab tanpa kekerasan. Menurut mantan Deputi Perlindungan Anak Kementerian Peranan Wanita Rachmat Sentika (2007), kunci utama untuk menjadikan anak sebagai potensi negara dalam rangka keberlangsungan hidup dan kejayaan bangsa
adalah komitmen pemerintah untuk menjadikannya prioritas utama pembangunan.
Menurut dia, upaya merealisasikan harapan bangsa untuk mencetak generasi penerus bangsa di Indonesia adalah menciptakan lingkungan yang mengutamakan perlindungan bagi anak, menghidupkan nilai dan tradisi yang memajukan harkat dan martabat anak, serta mengeksplorasi dan memobilisasi sumber daya untuk mendukung penyelenggaraan perlindungan anak.
Oleh karena itu, Indonesia sangat membutuhkan kehadiran pemimpin yang peduli terhadap anak. Sebab, pemimpin bangsa yang arif dan bijaksana berasal dari seorang anak yang sehat jiwa dan fisik. Ketika kita banyak memperlakukan anak-anak secara keras, berarti kita gagal membentuk generasi penerus bangsa. Pada posisi ini, anak adalah mustika atau mutiara berharga yang sering kita cari untuk dijadikan tumpuan berharap atas membaiknya Indonesia ke depan.
Pendidikan kasih sayang Bu Muslimah, tokoh dalam novel Laskar Pelangi, yang sejak tanggal 25 September 2008 difilmkan, adalah potret seorang
guru yang mendidik muridnya dengan kasih sayang. Akrab, tidak canggung, dan merasa seperti anak sendiri ketika mengajar muridnya seharusnya menginspirasi guru, orangtua, dan pejabat negara untuk memberikan perlindungan bagi anak-anak. Jadi, upaya menciptakan kondisi jiwa anak yang sehat sehingga kelak mereka bisa berkontribusi untuk negara adalah menggagas pendidikan kasih sayang.
Hal itu merupakan salah satu bentuk pendidikan yang tidak hanya mengurus kemampuan intelektual siswa dan anak kita. Secara pribadi, saya sangat terharu dengan metode pendidikan kasih sayang yang diberikan Bu Muslimah kepada Harun,
seorang murid yang mentalnya terbelakang. Beliau memberikan rapor khusus kepada Harun meskipun menurut standar pendidikan nasional ia tidak dapat dikategorikan sebagai murid yang pantas naik kelas. Maka, bagi guru dan orangtua di rumah, ketika anak-anak kita tidak mampu mencapai prestasi seperti yang kita inginkan, jangan lantas bertindak keras.
Teruslah memberikan motivasi dan bimbingan tanpa mengebiri kegembiraan anak-anak sebagai upaya mempraktikkan pendidikan kasih sayang di lingkungan sendiri. Kita tidak boleh seperti guru otoriter dan keras yang selalu menghukum
muridnya ketika mereka tidak bisa menyelesaikan soal secara benar dan tepat. Kita tidak boleh juga seperti ayah dan ibu yang selalu overprotective karena ingin anaknya berprestasi tanpa mengindahkan kondisi mentalnya.
Untuk kepentingan anak seharusnya kita memberikan pendidikan yang bisa diterima anak tanpa merasa terpaksa. Ingat, proses pendidikan adalah wahana untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak, yang awalnya tidak tahu menjadi
tahu. Ketika kita ingin semua murid atau anak kita pintar secara akademik, tanpa melihat potensi yang lain, itu sama saja dengan mendidiknya secara keras. Itulah kiranya yang tak pantas kita lakukan ketika mengelola anak-anak, titipan Tuhan,
untuk kemajuan bangsa pada masa mendatang.
Oleh karena itu, mari kita perangi kekerasan anak dengan menggagas pendidikan kasih sayang bagi mereka. Mudah-mudahan dengan pendidikan kasih sayang mereka mampu menjadi generasi pelanjut bangsa yang selalu menyebarkan kebajikan bagi orang-orang di sekitarnya. Amin.
C.Mari Mengenal Anak Kita
Sembilan bulan ibu mengandung, sekian bulan lagi merawat sambil menyusui, ditambah sekian tahun membesarkan anak. Apakah kita sudah mengenal anak kita? Mungkin sudah, mungkin juga belum, atau mungkin baru sebagian? Wallahua’lam.
Sebagai orangtua, ibu dan ayah memiliki tuntutan untuk memahami anak-anaknya. Apalagi dengan semakin kompleksnya kehidupan modern, semakin banyaknya variasi dan pilihan kehidupan, maka semakin besarlah tuntutan untuk hal ini. Mau sekolah di mana? Sekolah kejuruan-kah? Atau sekolah umum? Atau kursus? Atau homeschooling?
Jika kita sebagai orangtua kurang mengenal sifat dan kondisi anak, maka sangat mungkin salah pilih. Sejak hal kecil, seperti salah memilihkan baju sehingga baju bagus yang kita beli ternyata menjadi mubazir karena anak enggan memakainya. Sampai-sampai anak enggan masuk sekolah karena sekolah yang kita pilihkan ternyata tidak cocok baginya.
Kesulitan lain juga akan dihadapi orangtua saat menasehati dan memberi arahan. Manakala kurang mengenal anaknya, orangtua kurang mampu memberi nasehat yang tepat pada anaknya sehingga anak kemudian cenderung mengabaikan.
Bagaimana seharusnya kita menegnal anak kita?
Ada dua bidang bahasan dalam pengenalan anak:
1. Pertama,mengenal anak sesuai konsep yang ada, yaitu menurut agama, dan menurut ilmu tentang anak. Dengan catatan, sebagai muslim, jika konsepsi ilmu tentang anak bertentangan dengan konsepsi yang ada dalam Islam, maka kita perlu mendahulukan konsepsi agama.
2. Bahasan keduaadalah mengenal anak sesuai keunikan diri masing-masing, dengan dasar pemahaman bahwa ”tidak ada dua manusia yang sama persis serupa” (individual difference/ unique being). Dalam bahasan ini lebih kepada bagaimana kita sebagai orangtua mengenal anak melalui pengamatan.

Bahasan Pertama, mengenal anak menurut Islam dan ilmu tentang anak.
Islam mengatakan bahwa setiap anak dilahirkan fitrah, suci, bersih, tanpa dosa. Orangtunya-lah yang telah menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. Artinya anak tak mungkin divonis bersalah sejak lahir. Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhary tersebut, telah menyebutkan pihak mana yang telah mengambil andil merubah anak yang fitrah, yaitu orangtua.
Dari konsepsi ini, kita perlu membedakan antara bakat bawaan dan penyimpangan. Bakat bawaan tak mungkin buruk. Buruk di sini maksudnya, bakat bawaan tak mungkin langsung menentukan anak masuk neraka. Allah SWT Maha Adil tak mungkin memberikan seseorang bakat yang langsung menuju neraka.
Tak ada bakat mencuri, berzina atau bakat musyrik. Mencuri terjadi karena contoh atau karena kekurangan, karena iri atau karena ketidak tahuan dan lain sebagainya. Lain halnya dengan bakat "keras". Maksudnya sifat bawaan yang cenderung pantang menyerah, teguh pendirian, yang secara bakat ini bakat yang baik namun boleh jadi akan muncul dalam perilaku ngotot, mau menang sendiri dan susah dinasehati atau diyakinkan orang.
Bakat bawaan ini perlu diasah dan diarahkan sehingga tidak berkembang menjadi negatif misalnya menjadi pemarah dan sombong.
Di sinilah peran ilmu tentang anak, baik itu Psikologi Anak, maupun Pendidikan Anak. Dalam ilmu-ilmu tersebut dibahas tentang berbagai sifat dan karakter yang bahkan dapat diukur dengan berbagai test. Juga tentang nilai kecerdasan.
Mengenai nilai kecerdasan, kita perlu juga mengetahui bahwa Islam menghargai nilai usaha. Pahala seseorang dilihat dari niatnya, bukan hasilnya. Oleh karena itu, jika-pun kecerdasan terbatas namun amalnya banyak (anak rajin), tetap harus dihargai tinggi. Dalam dunia materialisme saat ini, nilai tertinggi diberikan kepada nilai hasil prestasi yang semua diukur dengan materi atau kuantitatif. Ini berbeda dengan konsepsi Islam. Sebagai orangtua, kita harus pandai memotivasi anak berbakat, namun harus juga pandai mengapresiasi anak yang berusaha.
Dalam Ilmu Psikologi dikenal istilah ”under-achiever”, yaitu anak yang mendapatkan prestasi di bawah dari kemampuan yang dimilikinya. Dengan mengenal batas kemampuan anak membuat kita mampu menilai apakah mereka sudah berusaha dengan baik atau masih terkatagori under-achiever.
Selain mencoba mengetahui sifat dan karakter bawaan anak, kita juga perlu memahami apa yang disebut oleh para pakar sebagai ”tahapan-tahapan perkembangan”.Anak lahir sebagai bayi, kemudian semakin lama semakin besar, ini adalah perjalanan kehidupan sesuai prosesnya. Masalah proses adalah masalah fitrah. Setiap orang berkembang dengan proses. Dalam Al-Qur’an juga ada disebutkan tentang proses penciptaan dalam kandungan, dan kemudian di luar kandungan sampai tua dan mati.
Dalam bahasan tentang Lima Poin Pendidikan Anakada disebutkan tetang tiga tahapan usia anak manusia dalam kacamata pendidikan, yaitu periode bermain, periode disiplindan periode menjadi mitra atau sahabat. Dari hadits kita ketahui bahwa seorang anak baru disuruh untuk belajar sholat pada usia tujuh tahun. Meskipun anak kecil sudah gemar bermain pura-pura sholat, tetaplah itu bukan pelajaran sholat yang sesungguhnya. Mengapa baru disuruh belajar sholat pada usia tujuh tahun? Ternyata jawabannya dapat kita temukan panjang lebar di buku-buku perkembangan anak.
Dikatakan bahwa nalar anak berkembang dengan cara dan jadwal tertentu sehingga jikapun seorang anak sudah disuruh sholat di usia 4 tahun, tetap anak tersebut baru mengerti di usia tujuh. Maka cukup beralasan bahwa di Taman Kanak-Kanak pengajaran dilakukan dengan full bermain, sementara anak SD kelas satu barulah diharapkan untuk lebih disiplin. Kritikan bagi para orangtua yang mengharuskan anak mengikuti berbagai les tambahan sebelum usia tujuh tahun, sebaiknya tidak merampas masa bermain anak dengan kewajiban les yang mengikat.
Dewasa ini sudah banyak buku populer untuk awam yang ditulis oleh para pakar ilmu tentang anak, namun sebelum mendalami dan menerapkan buku-buku tersebut hendaknya kita sedikit megenal latar belakang penulis dan juga sudah mempersiapkan diri dengan dasar-dasar pemahaman Islam tentang anak.
D. Karakter ibu idola sekaligus sahabat yang menyenangkan bagi anak
Pola asuh orangtua berperan besar dalam pembentukan karakter dan pola pikir si kecil di kemudian hari nanti. Dalam mengasuh anak, Anda tak hanya bisa jadi pendidik anak tapi juga sahabat yang asyik.
Sejak si kecil lahir, Anda pasti sudah kebanjiran nasehat dan saran menjadi ibu yang handal. Namun, keputusan tetap di tangan Anda dalam menciptakan dan mengembangkan sendiri cara perawatan dan pola asuh yang sesuai dengan kebutuhan dan kepribadian anak Anda.
Setiap ibu memiliki keunikan pola asuh masing-masing terhadap si kecil. Namun, setiap ibu pasti memiliki satu kesamaan, yakni ingin agar si kecil tumbuh dan berkembang dengan sempurna serta mengalami masa kanak-kanak yang bahagia.
"Meski pendekatannya berbeda, tapi tujuan para ibu pada umumnya sama, yakni ingin yang terbaik untuk anaknya," kata Dra.Diennayarti Tjokrosuprihartono, M.Psi, psikolog anak dari Universitas Indonesia.
Secara garis besar, ada beberapa jenis karakter ibu, yakni ibu yang ingin jadi sahabat anak, ibu yang kreatif, ibu yang menjadi idola anak, serta ibu yang jadi pelindung anak.
Ibu sahabat anak memiliki gaya asuh yang santai dan penuh kasih sayang sehingga nantinya si anak akan menjadi pribadi yang bahagia, mandiri dan terbuka.
Sementara itu ibu yang kreatif adalah yang selalu penuh dengan hal baru, hangat, spontan, merupakan teman bermain si kecil. Ibu tipe ini senang membuat suasana yang baru dan spontan sehingga anak tumbuh menjadi anak yang ceria dan senang bereksplorasi.
Karakter ibu lainnya adalah ibu yang menjadi idola anak, yakni ibu yang disiplin dan memiliki cita-cita atau terget tinggi untuk si kecil. "Biasanya ini adalah ibu-ibu yang punya aktifitas di luar rumah atau ibu yang berprestasi sehingga anak kagum," kata Dien.

Sedangkan ibu yang selalu berusaha menghadirkan rasa aman bagi si kecil termasuk dalam karakter ibu pelindung. "Biasanya ibu tipe ini selalu mencari jalan keluar untuk membantu si kecil, bahkan ia selalu mengantisipasi masalah," katanya.
Empat karakter tersebut, menurut Dien, bisa muncul dalam diri setiap ibu. "Semua tipe ini dimiliki para ibu, namun yang muncul adalah lebih dominan yang mana," katanya dalam acara peluncuran komunitas Mama Moo Teman Moo dari Walls Moo di Jakarta beberapa waktu lalu.
Cara pandang, pengetahuan, serta wawasan setiap ibu akan terus berkembang seiring dengan proses belajar menjadi orangtua. "Selalu asah kepekaan dan pilih pendekatan yang pas untuk anak," ujar Dien.
Dengan demikian, kelak Anda akan bisa menghadirkan sisi-sisi terbaik dalam diri untuk memaksimalkan seluruh aspek perkembangkan anak.
Para Ibu seringkali mengalami dilema dalam menghadapi anak-anak mereka. Keinginan ibu untuk dapat memberikan yang terbaik bagi anak, seringkali menempatkan posisi Ibu seperti ”polisi jahat” bagi anak-anak karena larangan-larangannya.
Sebagai contoh, ketika ibu harus memilih jajanan bagi anak. Jajanan yang diharapkan oleh anak adalah jajanan yang tentu mereka sukai, sedangkan pertimbangan ibu jajanan bagi anak adalah jajanan yang memiliki kandungan gizi yang bermanfaat. Jika para ibu mampu mengatasi dilema yang dihadapinya dengan memberikan solusi yang terbaik melalui sarana yang positif dan menyenangkan, tentu hubungan ibu dan anak akan terjalin erat. Terwujud manakala ibu dan anak menjadi sahabat selamanya (Best Friend Forever), dan tidak lagi menjadi dilema bagi ibu maupun paksaan bagi anak.
Saat membesarkan anak-anak disarankan kedua orang tua harus bekerja sama menjadi satu tim yang solid. Terutama dalam menerapkan sejumlah peraturan kepada anak-anaknya. Sehingga baik ayah maupun ibu harus bisa mengetahui perannya masing-masing saat merawat si kecil. "Para orang tua harus bekerja sama menjadi satu tim dan bersikap konsisten dalam menerapkan peraturan-peraturan di rumah," ujar Diennayarti Tjokrosuprihartono, seorang psikolog dari Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.
Maklum saat menegakkan kedisiplinan kepada buah hati, orang tua kadang suka marah atau frustasi, menghindari masalah, kehabisan akal, sering bersuara keras, cerewet ataupun meremehkan. Padahal, sebenarnya agar si kecil bisa memahami keinginan orang tua tak harus melulu dengan cara kasar."Semua anak pasti akan mencontoh orang dewasa, jadi mereka tak perlu diajarkan memakai suara keras atau teriak", ujarnya. Oleh sebab itu memberikan contoh jauh lebih baik dibanding dengan membentak ataupun cara-cara lain yang memerintah dengan kasar.
Tidak kalah penting adalah mengajarkan kedisiplinan. Cara terbaik mendisiplinkan anak adalah dengan memberikan hukuman atau imbalasan (reward andpunisment). "Jadi cara tepat ajarkan anak disiplin, harus dimulai dengan diberikan contoh positif, konsisten dan komitmen," ujar dia.Ketika anak mendapatkan nilai bagus di sekolahnya, misalnya, berikan perhatian. "Memberi penghargaan untuk anak tak harus selalu diberi hadiah. Yang penting harus bilang jujur tanpa bilang kata-kata negatif. Bisa juga dengan diberi pelukan," ungkap Dini saat ditemui dalam acara konferensi pers "lbuku Sahabatku" besutan sebuah produk es krim, Jakarta beberapa waktu lalu.
Peran Lebih Ibu
Peran seorang ibu begitu penting. Ketika ayah pergi seharian mencari nafkah, tiap harinya ibu bertanggung jawab mengurus rumah tangga juga menjaga anak. Termasuk memberikan pengasuhan. Menurut Dini cara terbaik berhubungan dengan anak-anak adalah menjalin persahabatan.Supaya anak mengerti apa yang disampaikan, terutama bagi para ibu, dapat dihadapi dengan diberikan suatu solusi terbaik. Adapun solusi tersebut, dengan membangun rasa saling menghargai satu sama lain. Sehingga dalam mendampingi masa tumbuh kembang anak, setiap ibu bisa menjadi sahabat bagi si kecilnya.
Bagi anak-anak dan siapa saja di dunia, mempunyai sahabat adalah suatu kondisi yang sangat menyenangkan. Dengan menjalani peran sahabat maka ibu akan menjadi tempat yang nyaman untuk curhat, tempat bertanya yang seru karena bisa dipercaya bahkan dapat maju bersama dan saling menguatkan.Melalui komunikasi dan perilaku yang positif dan menyenangkan, hubungan ibu dan anak akan terjalin lebih harmonis. Apabila hubungan antara ibu dan si kecil telah terjalin erat, maka itu berarti telah terwujud persahabatan selamanya (Best Friend Forever). Banyak kesempatan yang dapat dimanfaatkan agar persahabatan ibu dengan anak semakin harmonis, seperti saat bermain atau sedang makan bersama.
E.Mengakomodir Perbedaan Karakter Anak
Pertanyaan besar bagi kita semua, jika anak-anak memang secara alamiah berbeda satu sama lain, apakah mereka bisa dididik dengan pola yang sama? Ataukah dididik dengan pola yang berbeda yang disesuaikan dengan ciri dan kebutuhan masing-masing anak?

a. Fitrah manusia pada umumnya
Tidak ada sidik jari manusia yang sama. Oleh karena itu, Interpol menggunakan sidik jari sebagai identitas individu. Bayangkan dengan jumlah penduduk dunia yang berjumlah Iebih dari 6 miliar ini, ternyata belum pernah ditemukan sidik jari yang sama di antara mereka. Itulah yang membuktikan bahwa setiap manusia berbeda. Dan, perbedaan itu sesungguhnya adalah hal yang sangat alami. Ya..., masing-masing kita berbeda dengan individu lainnya, tentunya dalam banyak hal. Itulah fitrah manusia, meskipun satu bapak dan satu ibu, kita secara pribadi berbeda dengan saudara-saudara kandung lainnya, bahkan yang terlahir kembar sekalipun. Dan, itu juga berlaku untuk setiap anak-anak yang kita cintai.

Jadi, sebenarnya tidak bijaksana jika orangtua membanding-bandingkan perilaku anak yang satu dengan anak lainnya karena peruntukan mereka kelak berbeda. Anak yang penurut mungkin kelak akan menjadi pegawai. Sementara, anak yang sulit diatur mungkin kelak akan menjadi pemimpin perusahaan. Perhatikan saja, hampir 90% pemimpin yang sukses di perusahaan-perusahaan besar adalah orang-orang yang berwatak keras kepala, sebaliknya sekitar 90% stafnya adalah pelaksana-pelaksana yang patuh menuruti perintah atasannya.


b. Keinginan kita melalui anak vs keinginan Tuhan melalui anak kita

Fenomena sebagian besar orangtua dalam mendidik anak adalah berusaha untuk menjadikan anak sebagai objek dari keinginan orangtuanya. Bahkan tak jarang orangtua yang merasa cita-citanya dulu tidak tercapai, lalu dipaksakan cita-cita itu melalui anaknya.

Sebenarnya boleh-boleh saja apabila memang si anak juga memiliki cita-cita atau keinginan yang sama dengan orangtuanya. Namun jika tidak, sesungguhnya orangtua tidak berhak memaksakannya.

Perbedaan besar yang terjadi antara sistem pendidikan zaman dulu dan sekarang terletak pada aspek pencapaian. Pada zaman dahulu, orangtua dan guru mendidik anak-anak agar memenuhi keinginan mereka. Sementara, pada zaman modern seperti sekarang ini, mendidik merupakan suatu upaya untuk membimbing anak menemukan keinginan Tuhan dalam dirinya.

Cukup sudah... Jangan kita ulangi lagi kesalahan yang sama pada anak kita. Anak-anak terlahir karena keinginan dari Tuhan. Jadi, mari kita berusaha menggali apa keinginan Tuhan melalui anak-anak kita. Salahkah mereka jika berbeda dengan kita? Tentu saja tidak. Perbedaan ini adalah keniscayaan yang menghasilkan harmoni hidup sehingga saling melengkapi satu sama lain.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Dalam pembuatan makalah Membangun Karakter Anak dengan Islam di harapkan para pendidik dapat membangun karakter anak dengan kasih sayang tanpa ada kekerasan, dan diharapkan sesuai dengan pengajaran agama Islam.

B.Saran
Diharapkan agar pendidik bisa lebih mengenal karakter anak didiknya masing-masing.

Kesalahan Dalam Mendidik Anak


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Ibu adalah tempat pendidikan pertama bagi anak-anak dan rumah adalah sebuah batu bata yang dengannya batu bata serupa terbentuk menjadi bangunan masyarakat. Di dalam rumah yang terbangun di atas pondasi menjaga ketentuan-ketentuan Allah, yang tegak dengan pilar-pilar kecintaan, kasih sayang, sikap itsar (mengutamakan orang lain) dan saling membantu dalam kebajikan dan taqwa, di dalam rumah seperti inilah akan lahir generasi pilihan ummat, anak sholeh dambaan setiap orang tua.
Sebelum seorang anak terdidik di tempat pendidikan dan masyarakat, rumah dan keluargalah yang terlebih dahulu mendidiknya. Seorang anak ibarat peminjam yang dari kedua orang tuanya ia mendapatkan pinjaman prilaku luhur, sebagaimana kedua orang tuanya bertanggung jawab dalam porsi besar dalam penyimpangan prilaku anak. Betapapun besar tanggung jawab ini, namun banyak orang tua yang mengabaikannya dan tidak melaksanakan sebagaimana semestinya, akibatnya mereka menelantarkan anak dan melalaikan pendidikan mereka. Kemudian, bila terlihat penyimpangan pada prilaku anak-anak merekapun berkeluh kesah. Mereka tidak sadar bahwa merekalah sebab pertama bagi penyimpangan tersebut, yaitu akibat mereka melalaikan amanah anak yang Allah berikan kepada mereka.
Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“ Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahuinya ” (QS. Al-Anfaal : 27)

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “ Setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang suami pemimpin dirumahnya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya”. ( HR. Bukhari daN Muslim dari Abdullah Bin Umar Radiyalallahu ‘Anhu)
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya untuk meningkatkan pendidikan di rumah terutama dari keluarga yang bertujuan agar orang tua tidak salah dalam mendidik anak.
Untuk mendeskripsikan pokok-pokok masalah dalam makalah ini, penulis mengemukakan pertanyaan sebagai berikut.
1.Bagaimana cara meningkatkan pemahaman supaya tidak ada pemaksaan kehendak kepada anak?
2.Bagaimana cara meningkatkan pemahaman supaya tidak ada pilih kasih terhadap anak?
3.Bagaimana supaya anak tidak terlalu dimanjakan?
4.Bagaimana cara orangtua supaya tidak memberikan sikap yang tidak berlebihan terhadap anak?

C.Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskrifsikan hal-hal yang berkaitan dengan kesalahan orangtua dalam mendidik anak.
Secara khusus penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.Meningkatkan pemahaman supaya tidak ada pemaksaan kehendak kepada anak.
2.Meningkatkan pemahaman supaya tidak ada pilih kasih terhadap anak.
3.Tidak lagi memanjakan anak.
4.Tidak memberikan sikap yang berlebihan terhadap anak.



D.Metode dan Teknik Penulisan
Berbagai informasi hasil pengamatan dan pembuktian sangat diperlukan untuk menjawab atau memberikan alternatif jawaban dari pokok permasalahan yang disajikan dalam makalah ini. Penyusunan makalah ini penulis tempuh dengan metode:
a.Mengamati keadaan di sekitar lingkungan.
b.Internet.
E.Sistematika Penulisan

Berikut merupakan sistematika penulisan mengenai Kesalahan Dalam Mendidik Anak
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
D.Metode dan Teknik Penulisan
E.Sistematika Penulisan
BAB II. PEMBAHASAN
A.Pemaksaan Kehendak Anak
B.Pilih Kasih Terhadap Anak
C.Memanjakan Anak
D.Sikap Berlebihan Pada Anak
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
B.Saran
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pemaksaan Kehendak Pada Anak
Peran orangtua dan lingkungan yang sering dianggap sebagai penolong bisa juga menjadi penghambat bahkan bumerang bagi anak dalam menguasai tugas-tugas perkembangan pada usia dini.
Tidak dapat disangkal bila orangtua berkeinginan membentuk kepribadian dan kecerdasan anak, mereka cenderung menginginkan yang terbaik. Tetapi tanpa disadari, perhatian yang berlebihan ataupun pemaksaan kehendak kepada anak malah akan menimbulkan gangguan kejiwaan. Wujud dari kenakalan maupun gangguan perkembangan ini bisa dilihat dari sikapnya yang sering memusingkan orangtua, sikap menentang berlebihan, bahkan kecenderungan untuk bertindak agresif dan bunuh diri. Guna mencegah gangguan perkembangan dan perilaku yang menyimpang pada anak pada waktu dewasa, yang terbaik adalah mengontrol perkembangannya dari usia 0 tahun hingga 6 tahun.
Demikian peran orangtua memang sangat penting untuk mencegah gangguan perkembangan anak, namun dominasi orangtua dalam mengontrol perkembangan anak juga bisa menjadi bumerang bagi si anak itu sendiri. "Pola asuh yang salah, seperti sikap yang otoriter dan overprotektif dari orangtua bisa memicu munculnya gangguan perilaku dan emosional masa kanak-kanak"
Yang terbaik dilakukan orangtua dalam mengasuh anak-anak adalah selalu bersikap bijaksana. Ada 6 masukan yang bisa diterapkan untuk memperkaya pengetahuan dan kebijaksanaan sikap orangtua menghadapi anak, di antaranya selalu menunjukkan teladan bukan sekadar kata-kata nasihat dan ajarlah anak untuk mengenal arti kecewa serta bagaimana me-"manage" kekecewaan ini. Ia menyarankan buatlah anak-anak bahagia, karena kebahagiaan ini mempengaruhi penyesuaian diri mereka saat menjalani masa kanak-kanak dan akan mempengaruhi cara mereka memandang kehidupan ini.
Yang menarik terungkap hampir 92 persen penyebab dari gangguan perkembangan disebabkan oleh ibu. Tekanan yang diberikan ibu kepada anak-anaknya ini tentu saja tidak secara sadar dilakukan melainkan karena terlalu sayangnya mereka pada anak.
Dijelaskan, yang paling sering dipersepsi keliru oleh orangtua dan masyarakat adalah gangguan pemusatan perhatian (GPH) dengan Gangguan Tingkah Laku (GTL). Bila gangguan terakhir yang menjadi permasalahan anak, yang paling penting untuk disembuhkan adalah orangtuanya. Karena GPH atau kenakalan pada anak timbul akibat kurangnya perhatian ataupun terlalu berlebihannya orangtua melindungi anak. Solusi terbaik dalam menangani anak nakal ini, dengan cara memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk bertindak sesuai dengan keinginannya, jangan malah dibatasi atau dimarahi.

B.Pilih Kasih Terhadap Anak
Konsep Menanggapi Pilih Kasih dalam Keluarga. Seorang anak harus memiliki pandangan bahwa ada 2 jenis perlakuan ortu kepada anak-anak mereka.
1.Sebagai Anak yang Disayangi
Adanya anak yang lebih disayangi di keluarga, inilah yang biasanya menjadi awal timbulnya isue pilih kasih di keluarga. Tapi untuk konsep ini memang orang tua akan memilih anak yang akan mendapat perlindungan lebih, anak yang di didik dengan lembut sehingga terkesan dimanjakan. Biasanya orang tua memilih anak yang dilindungi ini karena anak ini memiliki kelemahan, suatu sakit, atau pengalaman psikis antara dia dan orang tuanya. Tapi bukan berarti anak ini dimanjakan, dia tetap dididik dengan nilai-nilai yang sama dengan jenis anak yang satunya hanya saja cara mendidiknya tidak seberat anak yg dibanggakan.
2. Sebagai Anak yang Dibanggakan
Orang tua memberikan perlakuan yang sedikit keras kepada anak yang dibanggakan, nilai-nilai yang diberikan mungkin sama dengan anak yang disayang tapi cara mendidiknya sedikit punya standar lebih tinggi karena orang tua ingin membentuk dia menjadi orang yg benar-benar bisa dibanggakan oleh orang tua. Biasanya orang tua memilih anak dijadikan anak yang dibanggakan bukan berdasarkan karena benci, sehingga di didik begitu keras, tapi orang tua melihat potensi bahwa anak itu sanggup untuk digembleng menjadi anak yang membanggakan.

Dari konsep diatas ingin disampaikan bahwa sebenarnya tidak ada pilih kasih dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua. Jadi kita atau anak-anak yabg lain, apabila orang tua memberikan pengajaran yang berat/keras kepada, maka orang tua ingin menjadikan anak yang bisa dibanggakan. Jadi jangan sakit hati atau merasa dendam kepada orang tua. Tanamkan selalu bahwa orang tua cinta dan ingin membentuk menjadi orang yang dibanggakan.
Jika merasa di didik dengan lebih pelan dari cara pertama diatas, mungkin anak yang dikasihi orang tua mungkin merasa baik-baik saja dikeluarga karena pasti saudara yang iri akan posisi ini. Tapi harap dimengerti bahwa, orang tua lebih menyuarakan cerita mengenai perkembangan "anak yang dibanggakan" apabila mereka dalam pertemuan dengan orang tua lain, mereka akan bercerita tentang anak yang dibanggakan karena anak jenis ini dibentuk untuk dibanggakan, dan saat-saat bercerita itulah anak yang dibanggakan menjadi isi otak dari ortu untuk disampaikan. Jadi jika merasa sebagai anak yang dikasihi, tunjukkan kepada orang tua dan saudara bahwa anda sanggup juga untuk dibanggakan.. Sedangkan untuk anak yg dibanggakan, jangan mengecewakan didikan orang tua. Karena ada saatnya berterima kasih atas perlakuan tersebut ini jg berlaku untuk anak yg disayang.

C.Memanjakan Anak
Hati-hati jika orang tua terlalu memanjakan anak. Perlakuan orang tua tersebut ternyata dapat menimbulkan efek tidak baik di kemudian hari. Anak akan menjadi pribadi yang rapuh, tidak bertanggungjawab, tumpul kepekaan sosialnya, dan egois. Padahal saya yakin seratus persen orang tua tidak menginginkan anaknya berkepribadian seperti itu. Mumpung belum terlambat, segera ubah perlakuan terhadap anak-anak. Ajari mereka bersikap mandiri sejak kecil. Paling tidak, saat anak sudah memasuki usia Sekolah Dasar ia harus sudah belajar mandiri. Tidak perlu terlalu muluk-muluk, berikan ia tanggungjawab yang mudah dulu. Seperti menyiram bunga, menguras bak mandi, merapikan tempat tidur, dan lain-lain. Bertahap namun pasti orang tua bisa memberikan tanggungjawab yang lebih besar seiring dengan perkembangan usianya.
Seringkali, orang tua menomor satukan anak dalam hal pelayanan. Segala kebutuhan anak selalu dipenuhi bagaimana pun caranya. Kehadiran anak dijadikan mitos sebagai pembawa rezeki dan kebahagiaan dalam keluarga. Orang tua menaruh harapan-harapan kepada anak-anaknya agar mereka memberikan kebanggaan dan kebahagiaan. Banyak orang tua berharap anak-anaknya dapat hidup lebih baik dari diri mereka secara moril dan materil sehingga tidak jarang orangtua menjadikan anak-anaknya sebagai aset keluarga. Orangtua yang terlalu berharap berlebihan kepada anaknya sesungguhnya justru membebani hidup anak itu sendiri. Sebab anak akan merasa terpasung dalam menentukan sikap sesuai dengan keinginannya (niat dan bakatnya).
Atas hal itu, orangtua pun mempunyai cara-cara tersendiri dalam merawat, menjaga, dan mendidik anak-anak mereka. Demi mencapai harapan-harapan mereka, seringkali cara mendidik yang dilakukan orang tua kurang tepat. Masalah utamanya karena orang tua kurang memiliki pengetahuan dan wawasan yang memadai dalam mendidik putera puterinya.
Ada tipe orangtua yang karena rasa sayangnya yang begitu besar pada sang anak, bersikap lunak dengan memperturutkan semua keinginannya. Mereka tidak tega untuk mengatakan 'tidak pada anak. Akibatnya, anak terbiasa tanpa kesulitan atau hambatan apapun untuk mendapatkan keinginannya. Hal itu membuat pribadi mereka menjadi rapuh dan tidak tahan uji. Walaupun sebenarnya orang tua tahu bahwa hidup itu penuh ujian dan masalah tapi tetap saja memanjakan anak-anaknya secara berlebihan. Padahal keterampilan dalam menghadapi masalah dan ujian itulah yang sebenarnya perlu ditanamkan kepada anak sejak mereka masih kecil. Agar kelak mereka mampu menghadapi masalah dan ujian yang lebih besar lagi.
Mengikuti tips dari Mas Ricky mengenai Efek Parasit Dalam Bisnis Internet, beberapa waktu yang lalu saya membaca ebook mengenai biografi orang-orang yang sukses dalam hidup seperti KH. Abdullah Gymnastiar, Ciputra, Puspo Wardoyo, Bill Gates, dan lain-lain. Dari situ saya dapat mengambil satu benang merah bahwa sejak kecil mereka di didik dan di biasakan oleh orangtuanya untuk bersikap mandiri. Mereka sudah terbiasa merasakan susahnya hidup, menghargai uang, dan menghargai waktu sejak kecil. Tidak jarang mereka diajak orangtuanya untuk membantu berjualan di toko keluarga, merawat tanaman di kebun, atau menjajakan kue keliling kampung. Walaupun kebanyakan orang tua mereka tidak berpendidikan formal, namun mereka tahu bagaimana cara mendidik anak-anaknya di rumah. Hal itu sangat berbeda dengan zaman sekarang yang rata-rata orangtua berpendidikan tinggi namun seringkali salah dalam mendidik anak-anaknya di rumah. Hingga, tidak jarang anak sekarang masih sangat tergantung dengan orang tuanya saat ia sudah dewasa bahkan sudah menikah sekalipun.
Seringkali secara tidak sengaja, biasanya untuk menumpahkan kasih sayang, memperlihatkan bahwa kita sayang sekali pada si kecil, kita memanjakan anak dengan berlebihan tanpa disadari efek yang terjadi di masa depan anak. Padahal dengan kemanjaan itu bisa membuat anak tidak survive saat ia dewasa kelak. Ia akan selalu ragu untuk melangkah, tidak yakin mana yang benar dan mana yang salah, tidak percaya diri, karena di tiap langkahnya selalu ada bayangan orangtuanya, biasanya terutama ibunya. Apalagi untuk ibu yang bekerja di luar rumah, untuk menebus perasaan bersalah pada anak-anak, seringkali kemanjaan itu diperlihatkan dengan gaya hidup yang konsumtif, memberikan apapun yang anak mau tanpa melihat fungsi, kegunaan benda itu, asal anak senang, maka hilanglah perasaan bersalah itu. Lalu biasanya anak akan sukar untuk mensyukuri apa yang ia miliki, cenderung boros dan senang berfoya-foya saat ia bertambah besar. Tidak empati pada sesama, menyepelekan orang yang dibawahnya. Ia juga tidak akan mengerti bahwa uang atau materi yang ia dapatkan adalah hasil kerja keras kedua orang tuanya. Juga dengan membiarkan apapun kesalahan yang diperbuat anak, yah biarlah toh masih anak-anak. Padahal menurut seorang psikolog, pendidikan untuk anak itu akan lebih mudah masuk ketika anak itu berusia dibawah 8 tahun, bila diatas usia itu akan lebih susah lagi untuk mendidiknya. Apapun kesalahan anak tentunya harus diberi sangsi, tentunya sangsi yang tidak berbentuk kekerasan dalam rumah tangga.
Akan lebih mudah bila pola pendidikan dimulai sejak anak masih kecil atau sejak anak masih di dalam kandungan. Dimulai dengan bacaan-bacaan Al Qur’an saat anak tengah dikandung, dibiasakan bacaan Al Qur’an itu untuk didengar telinga anak sejak masih bayi sampai seterusnya, lalu mata anak tidak dimanjakan oleh tontonan-tontonan TV yang tidak ada gunanya atau dibiasakan dengan tontonan orang dewasa, seperti sinetron dimana anak itu belum bisa mencerna apa yang dilihatnya. Orang tua harus pandai-pandai memilih tontonan yang baik untuk sang anak. Bila tidak ada lebih baik tidak menonton TV.
Kemudian hal yang lebih penting lagi, menurut seorang psikolog adalah tidak memaksakan kehendak dan memperlakukan anak sesuai usianya. Seringkali orang tua ingin menjadikan anak sebagai little parent, anaknya suka seni orang tua memaksakan ia harus jago bisnis seperti ayahnya. Melihat kelebihan anak di segi apa, misalnya tidak memaksa anak harus pintar matematika sementara si anak lemah di bidang itu, karena untuk survive yang dilihat kan tidak dari IQ saja tapi bisa juga dilihat dari EQ anak. Bila anak masih TK atau SD perlakukan sesuai usianya, juga dalam hal memberi sangsi, tidak memperlakukan anak yang masih SD atau TK dengan didikan anak-anak yang sudah masuk SMP atau SMU, atau sebaliknya tidak memperlakukan anak yang telah SMU seolah-olah ia masih anak kecil saja.
D. Sikap Berlebihan Pada Anak
Sikap Protektif Yang Berlebihan Bisa Memberikan Dampak Buruk Bagi Psikologis Anak
Mungkin ada bagusnya jika anak diberi pendidikan yang ketat dan serius, seperti diberikan batasan ini dan itu agar ia menjadi anak yang patuh. Tetapi satu hal yang mungkin tidak orangtua sadari, terkadang hal tersebut bisa berakibat negatif terhadap kepribadian anak itu sendiri.
Mungkin orangtua berpikir bahwa apa yang orangtua lakukan adalah hal yang benar, tetapi sebenarnya hal tersebut apabila melewati privasi sang anak, dapat membuat kondisi psikologisnya menjadi sangat buruk, dan membuat dirinya bahkan menjadi anak yang tidak berani menghadapi kehidupan.
Mungkin Anda bertanya, apa sih efeknya dari sikap protektif yang dapat membuat anak menjadi tidak berani menghadapi kehidupan? Jawabannya sebenarnya singkat saja, dengan Anda terlalu banyak membatasi gerak-geriknya, maka anak Anda akan menjadi orang yang penasaran akan hal-hal yang sebenarnya dilarang. Bahkan ketika menghadapi kerasnya dunia, ia akan merasa takut, karena biasa hidup dengan peraturan yang berlebihan dan secara pribadi tidak pernah menghadapi dunia yang keras seorang diri. Setelah itu, akibatnya sudah pasti, yaitu tidak dapat mengambil keputusan sendiri!!
Mendidik anak memang suatu hal yang sangat penting. Bahkan, tanpa adanya didikan, maka seorang anak tidak akan menjadi berhasil. Namun, dalam perkembangannya, seorang anak tidak boleh terlalu dibatasi gerak-geriknya karena ada fase dimana ia harus mengambil keputusan dari dirinya sendiri.
Berikut ini adalah tips yang bisa Anda lakukan untuk mendidik anak Anda tanpa harus bersikap over protective yang berlebihan :
1. Berikan pendidikan yang baik pada anak Anda.
Anda boleh menentukan batasan-batasan norma yang berlaku, Anda boleh memarahinya jika memang dia melakukan kesalahan, namun Anda tidak boleh membatasinya ketika memberikan pendapat. Membatasi pendapatnya akan membuatnya menjadi penasaran akan hal-hal yang dilarang dan akan merusak kondisi psikologisnya.
2. Anda harus sesekali memberinya kebebasan untuk mengetahui segala hal, namun juga harus memberikan pengarahan.
Hal tersebut berguna sehingga ketika ia akan membuat keputusan, hal tersebut memang karena berasal dari dirinya sendiri, bukan karena dibawah paksaan atau tekanan.
3. Berikan padanya waktu untuk bersosialisasi.
Anda harus sesekali memberikannya waktu untuk bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga pada saat ia dewasa, ia mempunyai keberanian untuk menghadapi kerasnya dunia. Anak yang gerak-geriknya terlalu dibatasi secara berlebihan, ia pasti tidak akan berani menghadapi kerasnya dunia dan akan lebih cepat memiliki penyakit hati karena ia tidak pernah mengetahui kerasnya dunia luar.
4. Jelaskan pada anak Anda bagaimana menjadi pribadi yang baik di depan masyarakat tanpa terlalu membatasi gerak-geriknya
Anak yang terlalu dibatasi gerak-geriknya secara berlebihan cenderung menjadi kurang memiliki hati yang berbelas kasihan dan terkadang bersifat angkuh. Hal tersebut terjadi karena ia sudah menjadi jenuh terhadap kehidupan sehari-harinya dan membuat kepribadiannya menjadi dingin terhadap lingkungan sekitarnya dan cenderung ingin menunjukkan eksistensi dirinya. Untuk mengatasi hal tersebut, Anda memang perlu memberikan batasan agar jalannya tidak melenceng, tetapi tetap harus mau untuk mengajarkan untuk bersikap gentle dan berani menghadapi kehidupan, bukannya hanya membatasi ini dan itu tanpa mengajarkannya menjadi pribadi yang baik di masyarakat.
5. Jadikan anak Anda sebagai sahabat Anda.
Mengajari anak Anda bertutur kata yang sopan adalah baik, namun jika ia ingin berbicara dengan bahasa anak muda atau bahasa gaul, hormatilah dia dan berlakulah sebagai sahabatnya, sehingga ia merasa dihargai.
6. Ajarkan anak Anda menjadi pribadi yang kuat, tangguh, dan berani menghadapi hidup.
Hidup itu memang keras. Jika Anda terbiasa menguasai anak Anda dengan berlebihan tanpa mau mendengarkan pendapatnya, hal tersebut bisa merusak psikologisnya karena ia akan menjadi cepat mempunyai penyakit hati.
Yang harus Anda lakukan adalah kenalkan ia dalam segala pekerjaan Anda, tanpa terlalu menekan dirinya, sehingga ia mengetahui pahit manisnya hidup. Sesekali juga biarkan ia mengambil keputusan dari dirinya sendiri, sehingga ia akan menjadi pribadi yang tegas dan bertanggung jawab. Dalam pengambilan keputusan, apabila sesekali ia melakukan kesalahan, Anda jangan langsung mengekang dan membatasinya, namun berikan pengarahan padanya, dan jelaskan dimana kesalahannya. Setelah ia sadar, berikan kesempatan lagi baginya untuk mencoba lagi, sehingga ia merasa dihargai dan akan menjadi pribadi yang kuat.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam rangka tidak adanya lagi kesalahan dalam mendidik anak, Orang tua harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang anak dan perkembangan anak. Tidak cukup pengetahuan, orang tua juga dituntut memiliki emosi yang stabil. Dengan demikian dalam mendidik anak, tidak terjadi penyimpangan. Berbagai cara dapat dilakukan orang tua dalam rangka mendidik anak.
Dalam pembuatan makalah Kesalahan dalam Mendidik Anak ini di harapkan para orang tua atau keluarga dapat membangun dan mendidik anak dengan kasih sayang tanpa ada kekerasan, memaksakan kehendak, pilih kasih terhadap anak, memanjakan anak, dan memberikan sikap yang berlebihan kepada anak. Orang tua juga dituntut memiliki kepekaan terhadap reaksi anak apakah cara yang diterapkannya disukai anak atau tidak.

B. Saran
Peran orang tua dalam mendidik anak menempati posisi yang sangat penting agar perkembangan anak menjadi optimal. Berikut adalah saran-saran untuk orangtua agar tidak ada lagi kesalahandalam mendidik anak:
1. Tidak Memasukkan anak ke tempat pendidikan atau sekolah yang di dalamnya mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan aqidah, tauhid dan terdapat pelanggaran syar’i di dalamnya
2. Tidak Melalaikan pendidikan agama terhadap anak.
3. Tidak Memasukan media perusak kedalam rumah
4. Tidak Memanjakan anak dan tidak mengajari mereka untuk memikul tanggung jawab.
5. Tidak Bersikap keras dan kasar kepada anak .
6. Kurangnya perhatian orang tua kepada anak atau curahan kasih sayang orang tua kapada anak.
7. Tidak memahami psikologis dan karakter anak-anak.

Senin, 30 Agustus 2010

Membentuk Kecerdasan Anak


BAB I
PENDAHULULAN


A.Latar Belakang
Kapasitas kecerdasan anak dimulai sejak usia dini. Jauh di bawah usia sekolah. Hasil penelitian Depdiknas menyebutkan pada usia 4 tahun, kecerdasan anak mencapai 50 persen. Sedangkan pada usia 8 tahun kapasitas kecerdasan anak yang sudah terbangun mencapai 80 persen.
Kecerdasan baru mencapai 100 persen setelah anak berusia 18. Karena itu, pendidikan pada usia dini (PAUD) sangat penting untuk membantu anak mengembangkan kecerdasannya.
Sayangnya, pendidikan usia dini justru belum banyak mendapat perhatian banyak pihak. Hasil pendataan Depdiknas tahun 2004, baru 31,4 persen dari 11,5 juta anak usia 0 – 6 tahun yang mendapat pendidikan. Padahal, pendidikan anak usia dini merupakan investasi untuk menyiapkan generasi penerus yang sehat, cerdas, dan ceria.
Ada persamaan persepsi di kalangan ahli pendidikan di seluruh dunia tentang kesiapan anak untuk belajar saat memasuki jenjang pendidikan dini. Mereka menekankan betapa pentingya pendidikan prasekolah. Perluasan pendidikan yang mulai digalakkan untuk pendidikan prasekolah sudah saatnya menjadi salah satu program pembangunan pendidikan.
Berbagai penelitian juga menyimpulkan, perkembangan yang diperoleh pada masa usia dini sangat memengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya dan meningkatkan produktivitas kerja di masa dewasanya. Pendidikan dini bukan hanya memiliki fungsi strategis, tetapi juga mendasar dan memiliki andil memberi dasar kepribadian anak dalam sikap, perilaku, daya cipta dan kreativitas, serta kecerdasan kepada calon-calon sumber daya manusia masa depan. Para ahli teori perkembangan menyebut usia dini sebagai the golden age (masa emas).
Sejak lahir anak memiliki lebih kurang 100 miliar sel otak, sel-sel saraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan agar terus berkembang jumlahnya. Pertumbuhan otak anak ditentukan bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberikan makan serta memberikan stimulasi pendidikan.
Dari aspek pendidikan, stimulan dini sangat diperlukan guna memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak yang mencakup penanaman nilai-nilai dasar (budi pekerti dan agama), pembentukan sikap (disiplin dan kemandirian), dan pengembangan kemampuan dasar (berbahasa, motorik, kognitif, dan sosial).
Harus Seimbang
Ketika anak memasuki fase keemasan (0–5 tahun), ia membutuhkan proses pendidikan yang mengarah pada perkembangan intelectuall quotient (IQ), emotional quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ) secara seimbang dengan berbagai metode.
Para pakar ilmu sosial sebenarnya masih berargumentasi mengenai apa sesungguhnya yang membentuk IQ seseorang. Tapi kebanyakan profesional setuju IQ dapat diukur dengan suatu alat tes intelegensia standar yang mencakup kemampuan verbal dan noverbal, termasuk daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, konsepsi, persepsi, pengolahan infomasi, dan kemampuan abstraksi. Namun, semua hasil tes ini bersifat temporer. Hasil tes IQ yang baik juga bergantung beberapa hal, misalnya latihan stimulasi dan kondisi fisik yang dialami anak. Di sisi lain, perilaku, kesehatan mental, pendidikan dan nilai yang dianut ibu, faktor keluarga, dan perkembangan usia juga memungkikan perolehan hasil yang baik.
Pada perkembangannya, IQ tinggi bukan menjadi jaminan keberhasilan seorang anak kelak. Karena tes IQ yang merupakan cikal-bakal pengukur kecerdasan itu hanya mengukur kapasitas logika dan bahasa atau verbal anak. Bahkan, para ahli memperkirakan IQ hanya menyumbang 20 persen dari keberhasilan seseorang menjalani profesinya setelah lulus sekolah. Apalagi setelah lahir teori multiple intellignece atau kecerdasan ganda yang dikemukakan Howard Gardner.
Teori yang didasarkan atas berbagai penelitian ilmiah dari berbagai ilmu pengetahuan, dari psikologi sampai antropolodi dan biologi ini memformulasikan tujuh jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, logika-matematika, kinestetik, spasial, bermusik, interpersonal dan intrapersonal.
Melalui penemuannya ini Gardner menyatakan semua manusia memiliki seluruh kecerdasan ini, tapi tidak ada dua orang yang sama, walau kembar sekalipun, dan ini terjadi berkat pengaruh genetik dan lingkungan yang berbeda pada setiap orang. Walaupun begitu, anak yang cerdas tak melulu cerdas kognitif (IQ). Tanpa kecerdasan emosional (EQ) anak sulit mengembangkan kepribadiannya.
Berbagai penelitian dalam bidang psikologi anak membuktikan anak-anak dengan kecerdsaan emosional yang tinggi adalah anak-anak yang bahagia, percaya diri, populer, dan lebih sukses. Mereka lebih mampu menguasai gejolak emosinya, menjalin hubungan yang manis dengan orang lain, bisa mengatasi stres, dan memiliki kesehatan mental yang baik.
Dengan demikian, terbukti kecerdasan emosional diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah dalam hidup ini dan menjadi dasar menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab, penuh perhatian, dan cinta kasih serta produktif.
Terakhir, cerdas spiritual, yaitu landasan dari seluruh kecerdasan. Karena anak yang saleh (cerdas spiritual), dia pasti cerdas. Sementara anak yang cerdas belum tentu saleh. Dalam hal kesalehan ini yang perlu dilakukan orangtua adalah bagaimana agar anak memiliki akhlakul karimah seperti Rasulullah saw., yang memiliki sifat sidik, amanah, dan fatonah.
Orangtua Paling Berperan
Untuk mendorong perkembangan kecerdasan anak secara optimal, orangtua berperan penting dalam memberikan stimulasi. Karena di usia balita anak banyak menghabiskan waktu di lingkungan rumahnya, orangtua harus lebih kreatif memanfaatkan kondisi keseharian sebagai media belajar anak.
Apa yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu pembentukan IQ si kecil? Idealnya memang, sejak kehamilan ibu sudah memperhatikan asupan nutrisi dan stimuli-stimuli dari luar yang dapat berpengaruh pada perkembangan otak si kecil.
Perlu diketahui, perkembangan sel otak terpesat pada anak terjadi pada masa balita, sehingga pada masa ini sering disebut masa keemasan anak. Untuk itu, selain pengalaman indra yang merangsang aktivitas dan mematangkan kerja otak, anak juga memerlukan nutrisi yang tepat untuk tumbuh kembang otaknya.
Alternatif lain yang disarankan ahli adalah memperdengarkan musik klasik sejak bayi dalam kandungan hingga usia balita. Penelitian menunjukkan mendengarkan atau belajar musik, terutama musik klasik bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbicara, pendengaran, rasa percaya diri, kemampuan koordinasi, bahkan mengoptimalkan kecerdasan anak.
Sementara itu, stimulasi dalam pengembangan kecerdasan mental dan emosional bisa dilakukan orangtua dalam setiap aspek kehidupan anak.
Apa yang alami dalam kehidupan sehari-hari akan menentukan bagaimana anak bersikap, bertingkah laku, termasuk pola tanggap emosi. Semua pengalaman emosi di masa kanak-kanak dan remaja akan membentuk sirkuit penentu kecerdasannya. Tanggapan, belaian, maupun bentakan yang menyakitkan dan sebagainya akan masuk ke gudang emosi yang berpusat di otak.
Dalam membantu perkembangan kecerdasan emosional anak, orangtua setahap demi setahap dapat merekayasa pengalaman-pengalaman yang dapat membesarkan hati anak dan memungkinkan koreksi atas temperamen anak. Agar anak mampu mengontrol emosinya dan menjaga agar tindakannya tidak dikendalikan emosi semata, anak harus diajarkan memahami apa yang yang diharapkan dari dirinya. Si kecil juga harus mengerti tiap tindakan membawa konsekuensi baik pada dirinya maupun orang lain. Makin sering anak berlatih mengelola emosi, seperti meredakan marah atau kecewa, makin inggi kemampuannya mengelola emosi.
Selain itu, orangtua juga perlu berhati-hati karena seperti juga kecerdasan kognitif, kecerdasan emosi merupakan kondisi yang netral secara normal. Jadi, hendaknya orangtua selalu menggunakan “kompas moral” dalam membimbing si kecil.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya untuk meningkatkan pendidikan di rumah terutama dari keluarga yang bertujuan agar orang tua mampu membentuk kecerdasan anak.
Untuk mendeskripsikan pokok-pokok masalah dalam makalah ini, penulis mengemukakan pertanyaan sebagai berikut.
1.Bagaimana peran orangtua sebagai guru pertama dalam membentuk kecerdasan anak?
2.Bagaimana cara menciptakan suasana rumah yang ideal yang dapat merangsang kecerdasan anak?
3.Bagaimana cara membelajarkan anak dalam kegembiraan?

C.Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskrifsikan hal-hal yang berkaitan dengan cara membentuk kecerdasan anak.
Secara khusus penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.Meningkatkan pemahaman orangtua sebagai guru pertama anak.
2.Meningkatkan pemahaman orang tua bahwa suasana rumah yang ideal dapat merangsang kecerdasan anak.
3.Meningkatkan pemahaman bahwa belajar dalam kegembiraan dapat membentuk kecerdasan anak.

D.Metode dan Teknik Penulisan

Berbagai informasi hasil pengamatan dan pembuktian sangat diperlukan untuk menjawab atau memberikan alternatif jawaban dari pokok permasalahan yang disajikan dalam makalah ini. Penyusunan makalah ini penulis tempuh dengan metode:
a.Mengamati keadaan di sekitar lingkungan.
b.Internet.

E.Sistematika Penulisan

Berikut merupakan sistematika penulisan makalah Membentuk Kecerdasan Anak.

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
D.Metode dan Teknik Penulisan
E.Sistematika Penulisan

BAB II.PEMBAHASAN
A.Orangtua adalah Guru Pertama Anak
B.Suasana Rumah yang Ideal dapat Merangsang Kecerdasan Anak
C.Belajar dalam Kegembiraan.
BAB III.KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
B.Saran
Daftar Pustaka


BAB II
PEMBAHASAN


A.Orang Tua adalah Guru Pertama Anak
Sejauh mana seorang anak mampu belajar sebelum berumur 5 tahun dan sebelum masuk sekolah? Apakah taraf kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan menetap seumur hidup? Atau dapatkah dipengaruhi oleh cara mendidik selama di rumah? Sebagai orang tua, apa yang dapat di lakukan untuk memberi kesempatan agar kecerdasan anak berkembang sebaik-baiknya selama masa prasekolah ini?
Penelitian membuktikan bahwa masa optimal untuk merangsang kemampuan dasar belajar pada anak, sebagian besar terjadi sebelum anak berumur 5 tahun dan belum masuk sekolah. Dan jika distimulasi dengan tepat, akan meningkatkan kecerdasan anak dan menimbulkan kegairahan belajar seumur hidupnya.
Kita sebagai orang tua adalah guru pertama dan paling penting bagi anak. Kita mempunyai kesempatan paling besar untuk mempengaruhi kecerdasannya pada saat-saat ia sangat peka terhadap pengaruh luar, serta mengajarnya selaras dengan temponya sendiri. Orangtua pula yang paling mengenal kapan dan dengan cara bagaimana ia bisa belajar dengan baik.
Belajar semasa kecil berarti menerapkan pengetahuan mengenai kebutuhan otak anak selama tahun pertama dari hidupnya. Sehingga perkembangan mentalnya akan sesuai dengan kemampuannya dan anak akan lebih cerdas dan lebih bergairah. Kemampuan anak memperoleh kecakapan ditentukan baik oleh rangsangan dan kesempatan yang diberikan oleh lingkungannya, maupun oleh tempo perkembangannya.
Tahukah orangtua bahwa anak-anak yang di ikutsertakan dalam proses belajar semasa kecil tampak gembira dan bergairah. Juga pengamatan di kemudian hari menunjukkan respon positif terhadap kepribadian, perasaan, tingkah laku, penglihatan ataupun kesehatan mereka.
Anak-anak yang belajar membaca lebih awal mempunyai prestasi lebih baik di bandingkan anak-anak lain dengan taraf kecerdasan sama.
Anak kecil senang sekali belajar. Mereka dilahirkan haus akan belajar. Dan kehausan ini tidak akan terpuaskan. Coba kita ikuti kegiatan anak selama sehari. Apa yang membuat dia gembira? Apa yang menyebabkannya mencurahkan perhatian sepenuhnya?
Pada umumnya kegiatan di mana ia bisa belajar sesuatu yang meningkatkan kemampuannya atau yang memuaskan rasa ingin tahunya. Apalagi bila orang tuanya ada di sampingnya dan ikut bergembira.
Bila kita mencintai anak dan memberikan cukup waktu baginya, tanpa disadari kita telah membantu perkembangan intelektualnya.
Apa yang dapat kita lakukan? Salah satu cara adalah memberikan kesempatan untuk mengembangkan pengamatan. Sejak dini bayi belajar mengenal dunia melalui kelima indranya : penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman.
Lingkungan yang penuh dengan barang dan mainan yang bisa dicapai oleh bayi akan merangsang pertumbuhan pengamatannya. Juga melalui bermacam kontak dan pengalaman dengan orang dewasa.
Kita juga dapat merangsang kemahiran berbahasa anak-anak. Perkembangan bahasa seorang anak sangat tergantung pada orang dewasa yang ada di sekitarnya dalam tahun-tahun pertama hidupnya.
Kita perlu mendorong anak-anak mengucapkan kata-kata, berbicara, dan memujinya bila ia mengucapkan kata-kata dengan betul. Membacakan buku pada anak juga penting. Dalam lingkungan yang demikian, perbendaharaan kata-kata bagi anak tumbuh dan kemampuannya menggunakan kalimat juga akan berkembang.
Bila ia telah mahir menggunakan kata-kata, ia akan mulai belajar menyatakan perasaan dan keinginannya melalui bahasa. Ia berusaha menggunakan bahasa sebagai alat berpikir.

Kita perlu mendorong anak-anak sedapat mungkin 'belajar untuk belajar'. Anak dilatih menghadapi dunia sebagai sesuatu yang dapat dikuasai melalui kegiatan menyenangkan yaitu belajar. Ini berarti mengembangkan kemampuannya untuk memberikan perhatian pada orang lain dan melakukan kegiatan dengan tujuan tertentu, yang artinya melatih anak untuk menunda pemenuhan keinginannya guna mencapai tujuan yang lebih panjang. Ini berarti mengusahakan agar anak memandang orang dewasa sebagai sumber pengetahuan, penghargaan, dan pengakuan.
Jadi jelaslah bahwa kita bisa membuat anak lebih cerdas dan lebih gembira. Dan hubungan dengan anak pun menjadi lebih akrab.

B. Suasana Rumah yang Ideal dapat Merangsang Kecerdasan Anak
Sekolah telah menyediakan serangkaian materi untuk mendidik seorang anak hingga dewasa termasuk perkembangan dirinya. Namun, tanggung jawab pendidikan bukan semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah. Kunci menuju pendidikan yang baik adalah keterlibatan orang dewasa yaitu orang-tua yang penuh perhatian. Jika orang-tua terlibat langsung dalam pendidikan anak-anak di sekolah, maka prestasi anak tersebut akan meningkat. Setiap siswa yang berprestasi dan berhasil menamatkan pendidikan dengan hasil baik selalu memiliki orang-tua yang selalu bersikap mendukung. Apa yang dapat dilakukan oleh orang-tua bagi anaknya setelah mereka memasuki pendidikan di sekolah? Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang-tua agar anaknya dapat berprestasi di sekolah.

1.Dukungan Orang-Tua
Orang-tua sebaiknya memberi perhatian kepada anak-anak mereka dan menanamkan kepada mereka nilai dan tujuan pendidikan. Mereka juga berupaya mengetahui perkembangan anak mereka di sekolah. Caranya adalah dengan berkunjung ke sekolah untuk melihat situasi dan lingkungan pendidikan di sekolah. Menaruh minat terhadap aktivitas sekolah akan secara langsung mempengaruhi pendidikan anak Anda.

2.Kerja Sama dengan Guru
Biasanya apabila timbul masalah-masalah gawat, barulah beberapa orang-tua menghubungi guru anak-anak mereka. Sebaiknya, orang-tua perlu mengenal guru di sekolah dan menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Berkomunikasilah dengan guru untuk perkembangan anak Anda. Guru juga perlu diberitahu bahwa Anda memandang penting pendidikan anak Anda di sekolah sebagai bagian kehidupannya. Ini akan membuat guru lebih memperhatikan anak Anda. Hadirilah pertemuan orang-tua murid dan guru yang diselenggarakan oleh sekolah. Pada pertemuan ini, Anda memiliki kesempatan untuk mengetahui prestasi akademis anak Anda serta perkembangan anak Anda di sekolah.
Jika seorang guru mengatakan hal yang buruk mengenai anak Anda, dengarkan guru tersebut dengan penuh respek, dan selidiki apa yang ia katakan. Anda juga dapat menanyai guru-guru di sekolah mengenai prestasi, sikap, dan kehadiran anak di sekolah. Jika seorang anak sering bermuka dua, maka penjelasan dari guru bisa jadi mengungkap hal-hal yang disembunyikan anak Anda saat bersikap manis di rumah.

3.Sediakan waktu untuk anak
Selalu sediakan waktu yang cukup banyak bagi anak Anda. Jika anak pulang sekolah, umumnya mereka cukup stres dengan beban pekerjaan rumah, ulangan, maupun problem lainnya. Sungguh ideal jika orang-tua misalnya seorang ibu berada di rumah pada saat anak-anak di rumah. Seorang anak akan senang bercerita ketika pulang sekolah seraya mengeluarkan semua keluhan dan bebannya kepada orang-tua. Bisa jadi mereka mulai menceritakan teman-temannya yang nakal yang mulai menawari rokok dan narkoba. Anda bisa segera tanggap dengan hal tersebut jika Anda menyediakan waktu bagi anak-anak Anda.

4.Awasi kegiatan belajar di rumah
Tunjukkan Anda berminat pada pendidikan anak Anda. Pastikan anak-anak Anda sudah mengerjakan pekerjaan rumah (PR) mereka. Wajibkan diri Anda untuk mempelajari sesuatu bersama anak-anak Anda. Membacalah bersama-sama mereka. Jangan lupa jadwalkan waktu setiap hari untuk memeriksa pekerjaan rumah anak Anda. Kendalikan waktu menonton TV, Internet dan bermain game dari anak-anak Anda.

5.Ajari tanggung jawab
Sekolah umumnya akan memberi banyak tugas untuk dipersiapkan anak di rumah dan di sekolah. Apakah mereka mengerjakan tugas-tugas itu dengan benar dan baik? Seorang anak dapat bertanggung jawab mengerjakan tugas mereka di sekolah jika Anda telah mengajar mereka untuk mengerjakan tanggung jawab di rumah. Cobalah mulai memberikan anak Anda pekerjaan rumah tangga rutin setiap hari seperti membersihkan tempat tidur sendiri menurut jadwal yang spesifik. Pelatihan di rumah seperti itu akan membutuhkan banyak upaya di pihak Anda karena perlu diawasi. Tetapi hal itu akan mengajar anak Anda rasa tanggung jawab yang mereka butuhkan agar berhasil di sekolah dan di kemudian hari dalam kehidupan.

6.Disiplin
Jalankan disiplin dengan tegas namun dengan penuh kasih sayang. Jika Anda selalu menuruti keinginan anak, maka mereka akan menjadi manja dan tidak bertanggung jawab. Problem lain bisa muncul jika Anda terlalu memanjakan anak Anda seperti seks remaja, narkoba, prestasi yang buruk, dan masalah lainnya.

7.Kesehatan
Jaga kesehatan anak Anda agar prestasi belajarnya tidak terganggu. Buat jadwal tidur yang cukup untuk anak Anda. Anak-anak yang kelelahan tidak dapat belajar dengan baik. Lalu hindari makanan seperti junk food, karena selain menyebabkan problem obesitas, juga mendatangkan pengaruh yang buruk terhadap kesanggupannya untuk berkonsentrasi.

8.Jadi teman terbaik
Jadilah teman terbaik bagi anak Anda. Luangkan waktu untuk berbagi berbagai hal dengan mereka. Seorang anak membutuhkan semua teman yang matang yang bisa ia dapatkan.
Sebagai orang-tua, Anda dapat menghindari banyak problem dan kekhawatiran atas pendidikan anak Anda dengan mengingat bahwa kerja sama yang sukses dibangun di atas komunikasi yang baik. Kerja sama yang baik dengan para pendidik di sekolah juga dapat membantu melindungi anak Anda.

C.Belajar dalam kegembiraan
Mungkin sering terabaikan; dari sekian banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak adalah terciptanya iklim rasa senang; suasana yang dapat membangkitkan minat dan kegembiraan manakala anak sedang mengikuti pelajaran di dalam kelas. Mata pelajaran sesulit apapun untuk dipelajari kalau didahului dengan perasaan senang akan membangkitkan motivasi dan kesungguhan dalam mempelajarinya. Sering terkesan bahwa penentu keberhasilan belajar anak adalah mutlak faktor kecerdasan, sehingga kecerdasan dipandang sebagai suatu yang absolut dengan mengesampingkan faktor lain yang memiliki kontribusi yang sama pentingnya; antara lain faktor teknis yang dapat menimbulkan minat dan rasa senang dalam suasana belajar. Keadaan dan pandangan yang demikian akan memaksa anak untuk belajar formalitas, bukan didasarkan kepada kesadaran dan rasa ingin tahu (curiosity), tapi mungkin karena memaksakan kehendak, tumbuhnya rasa takut dan asal gugur kewajiban.
Keterampilan dalam mengelola teknis yang menyenangkan sama pentingnya dengan materi yang akan diajarkan. Implikasi dari dasar pemikiran ini adalah dipandang penting untuk senantiasa memperhatikan keragaman anak dalam berbagai aspek (individual differencess), pendekatan individual dengan perlakuan yang tepat adalah sisi lain dari faktor psikologis anak yang harus disentuh, karena hal yang sedemikian itu merupakan wujud pengakuan terhadap eksistensi anak sebagaimana adanya dan dapat menumbuhkan benih-benih kegembiraan dalam diri anak. Mengajar dengan santai tapi serius, menampilkan kehangatan dan humoris (sense of humor), adalah contoh dari sekian banyak sikap yang dapat ditampilkan guru di dalam kelas yang dapat terhindar dari suasana yang menegangkan tapi menyenangkan bagi anak. Tugas guru tidaklah semata untuk mengajar, tapi memerlukan assesoris lain seperti mendidik, melatih juga membimbing. Materi pelajaran janganlah dipandang sebagai sesuatu yang dipaksakan harus diterima, dipelajari dan dipahami anak tanpa memperhatikan kecakapan dan kemampuan anak; dengan kata lain mengajar hendaknya berangkat dari taraf kemampuan yang dimiliki anak saat itu (entry behavior). Faktor lain yang perlu mendapat perhatian dalam kegiatan mengajar, melatih dan membimbing anak adalah faktor usia, baik usia kalender (chronological age) atau usia mental (mental age). Suatu kebiasaan yang kurang baik dan sekedar mengikuti ‘trend’ dengan tanpa memperhatikan unsur-unsur mendidik adalah menyekolahkan anak di bawah umur dengan filosofi yang amat sederhana, yaitu agar kelak saat selesai dari jenjang sekolah tertentu usia kalendernya relatif masih muda dibanding kebanyakan teman-temannya. Ada kecenderungan orang tua merasa bangga apabila anaknya yang masih berusia di bawah lima tahun sudah hapal perkalian dalam berhitung, atau hapal teks Pancasila, Proklamasi Kemerdekaan dan lain-lain, atau mungkin sudah mampu menghapal ‘Juz Amma’ dari Al-Qur’an dengan memaksakan kehendak dan sekedar memenuhi ambisi orang tua. Terlebih di sekolahnya tempat anak belajar memang dikembangkan konsep pengajaran seperti itu, mungkin lupa bahwa usia kalender lima tahun atau di bawahnya adalah usia Taman Kanak-kanak, usia bermain yang harus dirangsang perasaan senangnya terhadap objek tertentu dan belajar bersosialisasi dengan usia sebayanya melalui wahana permainan (play group), bukan untuk mempelajari atau menghapal materi pelajaran dengan mengabaikan kadar kesenangannya. Anak empat tahun misalnya, sudah dapat menghapal perkalian, bangga dan ‘trendy’ memang, tapi sebenarnya ironis; sama halnya dengan anak seusia Sekolah Menengan Atas (SMA) sudah diberikan materi kajian filsafat. Hal semacam ini mungkin saja dapat dilakukan anak dengan kecerdasan yang dimilikinya, namun sebenarnya usianya belum mendukung untuk itu; belum cukup umur (under age), dikhawatirkan kelak akan bertemu dengan kemandegan (stagnan), rasa bosan dan kejenuhan yang akan berakibat menurunnya kadar kegairahan dalam belajar, bahkan tidak mustahil perbuatan belajar dipandang anak sebagai sesuatu yang tidak menarik lagi; sama halnya dengan software komputer yang berkapasitas mini (mini bytes) diminta untuk menyimpan data terlalu banyak atau di luar kapasitas memori, atau program yang belum diinstalasi, ini akan berakibat perangkat tersebut menjadi hang atau mungkin bug. Otak manusia adalah sebuah analogi dari perangkat lunak yang harus dijaga keutuhannya dan terpelihara dari kerusakan sel dan sistemnya, agar jaringan-jaringannya dapat berkoordinasi secara sehat. Otak manusia juga hendaknya’diinstalasi’ dengan ‘program kegairahan’ yang sewaktu-waktu dapat dipanggil (di’download’) saat menjalankan aktivitas belajar.
Orang tua, guru atau kalangan pendidik lainnya dituntut untuk dapat mengkonstruksi dan menciptakan iklim kegairahan bagi anak, baik dalam diri anak itu sendiri (internal memory) atau dalam lingkungan tempat anak mengembangkan dan mewujudkan keinginan dan kreativitasnya.. Orang tua hendaknya tidak mengobral instruksi ‘serba jangan’, ini tak boleh dan itu dilarang, akhirnya kreativitas anak menjadi mandul dan penakut. Melarang anak melakukan sesuatu yang membahayakan atau belum pantas dilakukan anak hendaknya dilakukan dengan cara memilih redaksi kalimat yang lebih bijak sehingga dapat diterima anak tanpa hilang rasa gairahnya. Melarang anak hendaknya yang mengandung kadar bimbingan dan menumbuhkan gelora kreatif, anak yang nakal tidak selamanya berkonotasi negatif, kenakalan hendaknya dipandang sebagai bentuk kewajaran dan ciri anak yang sehat dan kreatif, yang penting bagaimana cara mengarahkannya, justru yang harus menjadi tanda tanya apabila dihadapkan pada anak yang diam tampak tidak memiliki hasrat dan keinginan, mungkin sama halnya seperti bayi yang begitu keluar dari rahim ibunya tanpa aktivitas menangis. Begitu juga halnya, sekolah sebagai lembaga formal tempat anak belajar dan mengembangkan kreativitas, hendaknya diperkaya dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, tempat menampung dan mengakomodir keinginan dan potensi anak. Suasana sekolah yang kondusif memiliki urunan yang amat penting artinya bagi keberhasilan belajar anak, karena pada hakikatnya interaksi anak dengan lingkungan yang menyenangkan adalah pelajaran; belajar mencintai dirinya, belajar berkomunikasi, bersosialisasi dan belajar kebijaksanaan. Memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya perlakuan, berarti anak itu sedang belajar bersikap bijaksana; kado yang paling berharga dan berkesan bagi anak yang dapat diberikan orang tua adalah memberikan kesempatan untuk menjadi anak-anak. Penciptaan lingkungan sekolah yang bernuansa kegairahan adalah faktor penting yang berkorelasi dan berkontribusi positif bagi keberhasilan anak dimasa mendatang.
Semangat dan motivasi belajar, dorongan untuk berprestasi (need for achievement), kesungguhan dan antusiasme belajar, juga taraf kecerdasan individu bertumpu pada perasaan senang dan suasana gembira yang tercipta manakala sedang melakukan aktivitas belajar. Kadar keingintahuan anak akan meningkat ketika muncul suatu perasaan suka cita, dan perasaan yang demikian ini harus merupakan hasil bentukan orang-orang dewasa di sekitarnya; baik itu orang tua, guru atau kalangan pendidiki lainnya. Menyusun rangkaian rasa senang bagi anak sama halnya dengan mengembangkan kecerdasan, mengungkap dan mewujudkan potensi menuju prestasi dan reputasi yang diinginkan di masa yang akan datang. Dengan demikian membangun ‘perkampungan’ yang kaya dengan nuansa kegairahan hidup anak adalah tugas dan tanggung jawab orang-orang dewasa di sekitarnya. Tugas dan tanggung jawab yang sedemikian itu hendaknya dipandang sebagai ajaran cinta (mahabbah), bukan komoditas, tugas formal dan keterpaksaan, tapi harus menjadi sebuah panggilan nurani yang sarat dengan muatan kasih sayang terhadap sesama dan kepedulian manusiawi terhadap moral dan kemajuan anak anak bangsa untuk kepentingan waktu mendatang.
‘Kampung Kegembiraan (darul farh)’ adalah tempat terbangunnya motif berprestasi dan tersusunnya sebuah kekuatan yang dapat menjadi energi pendorong untuk kepentingan kemuliaan umat manusia, ‘kampung kegembiraan’ adalah diciptakan dan dibangun, tidak tercipta dan terbangun begitu saja secara alamiah.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


A.Kesimpulan
Anak adalah amanah dan sekaligus merupakan karunia Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa harus dijaga dan dilindungi, serta dipenuhi hak-haknya. Selain itu juga anak adalah masa depan serta generasi penerus perjuangan cita-cita bangsa.
Peranan orangtua, anggota keluarga dan masyarakat sangat diperlukan dalam tumbuh kembang anak seacara optimal. Orangtua merupakan guru pertama dan utama dalam mendidik dan mengembangkan kepribadian serta membentuk sikap anak juga membentuk kecerdasan anak.

B.Saran
Orangtua pasti senang kalau mempunyai anak yang cerdas dan ber-IQ Intelligence Quotient tinggi.
Kecerdasan tidak hanya karena faktor keturunan saja, tetapi kecerdasan juga dipengaruhi oleh stimulasi maupun dengan memberikan makanan yang mengandung asupan yang dapat mendukung perkembangan kecerdasan anak.
Faktor berikut ini mesti diperhatikan orang tua atau pengasuh anak, karena faktor-faktor ini mempengaruhi terhadap perkembangan kecerdasan anak :
•Kecukupan zat gizi adalah faktor yang penting untuk dalam perkembangan kecerdasan otak. Zat besi salah satu yang diperlukan oleh anak. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan kekurangan darah anemia sehingga dapat menghambat perkembangan anak pada umumnya dan perkembangan otak khususnya.
•Pemberian Asi eksklusif sampai anak berusia 6 bulan sangat penting. Asi telah memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan anak.
•Lemak esensial atau lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi dihasilkan oleh makanan sehari-hari seperti ARA arachidonic acid, DHA docosahexaenoic acid, Prebiotik, Lactoferin membantu membentuk struktur otak bayi. Sumber makanan ini dapat diperoleh dari ikan tuna, ikan salmon, kerang dan sebagainya.
•Lingkungan yang sehat dan nyaman bagi perkembangan anak membantu menjaga perkembangan anak.
•Dengan adanya suasana keluarga yang harmonis, hangat dan penuh kasih sayang maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan optimal.
•Memberikan stimulasi seimbang dapat mengasah kecerdasan anak.

Kamis, 01 Juli 2010

Official Song World Cup 2010

Sejarah Internet


Langsung ke pokok pembahasan yaitu Sejarah Internet,dalam hal ini saya ingin menjelaskan dari segi Pengertiannya,kemudian Sejarah Internet itu sendiri terus Manfaatnya Internet untuk apa saja.

1.Pengertian Dari Internet

Apa pengertian dari Internet,Pengertiannya adalah jaringan global komputer di dunia,dapat diartikan juga sebagai Jaringan Komputer yang luas dan besar yang mendunia,yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia,dimana di dalamnya terdapat berbagai macam sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif.Internet berasal dari kata Interconnection Networking,yang artinya koneksi atau hubungan antara berbagai macam komputer dengan berbagai macam type dan jenisnya.

2. Sejarah internet

Sejarah internet dimulai pada 1969 ketika Departemen Pertahanan Amerika,U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) memutuskan untuk mengadakan riset tentang bagaimana caranya menghubungkan sejumlah komputer sehingga membentuk jaringan organik.Program riset ini dikenal dengan nama atau sebutan ARPANET.Pada tahun 1970,sudah lebih dari 10 komputer yang berhasil dihubungkan satu sama lain,sehingga mereka bisa saling berkomunikasi dan membentuk sebuah jaringan dengan komputer tersebut.
Pada Tahun 1972,Roy Tomlinson berhasil menyempurnakan program e-mail yang dia buat atau diciptakan setahun yang lalu untuk ARPANET.Program e-mail ini begitu mudah sehingga bisa langsung menjadi populer.Pada tahun yang sama,icon @ juga diperkenalkan sebagai lambang yang penting yang berfungsi untuk menunjukkan "at" atau "pada".Pada Tahun 1973,Jaringan komputer ARPANET mulai dikembangkan ke luar Amerika Serikat.Komputer University College di London merupakan komputer pertama yang ada di luar Amerika yang menjadi anggota jaringan Arpanet.Pada tahun yang sama juga,ada dua orang ahli komputer yakni Vinton Cerf dan Bob Kahn yang mempresentasikan atau memperkenalkan sebuah gagasan yang lebih besar,yang bisa menjadi cikal bakal pemikiran internet.Ide ini dipresentasikan untuk pertama kalinya di Universitas Sussex.

Hari bersejarah berikutnya adalah pada tanggal 26 Maret tahun 1976,ketika itu Ratu Inggris berhasil mengirimkan e-mail dari Royal Signals and Radar Establishment di Malvern.Setahun kemudian, sudah lebih dari 100 komputer yang bergabung di ARPANET membentuk sebuah jaringan atau network.Pada tahun 1979,Tom Truscott,Jim Ellis dan Steve Bellovin,menciptakan newsgroups pertama yang diberi nama USENET.Pada Tahun 1981 France Telecom menciptakan gebrakan dengan meluncurkan Telpon Televisi pertama,dimana orang bisa saling menelpon sambil berhubungan dengan menggunakan video link.

Karena komputer yang membentuk jaringan semakin hari semakin banyak,maka dibutuhkan sebuah protokol resmi yang diakui oleh semua jaringan.Pada tahun 1982 dibentuk Transmission Control Protocol atau TCP dan Internet Protokol atau IP yang kita kenal semua.Sementara itu di Eropa muncul jaringan komputer tandingan yang dikenal dengan Eunet,yang menyediakan jasa jaringan komputer di negara-negara Belanda,Inggris,Denmark dan Swedia.Jaringan Eunet menyediakan jasa e-mail dan newsgroup USENET.Untuk menyeragamkan alamat di jaringan komputer yang ada,maka pada tahun 1984 diperkenalkan sistem nama domain,yang kini kita kenal dengan DNS atau Domain Name System.Komputer yang tersambung dengan jaringan yang ada sudah melebihi 1000 komputer lebih.Pada 1987 jumlah komputer yang tersambung ke jaringan melonjak 10 kali lipat menjadi 10.000 lebih.

Tahun 1988,Jarko Oikarinen dari Finland menemukan dan sekaligus memperkenalkan IRC atau Internet Relay Chat.Setahun kemudian,jumlah komputer yang saling berhubungan kembali melonjak 10 kali lipat dalam setahun.Tak kurang dari 100.000 komputer kini membentuk sebuah jaringan.Tahun 1990 adalah tahun yang paling bersejarah,ketika Tim Berners Lee menemukan program editor dan browser yang bisa menjelajah antara satu komputer dengan komputer yang lainnya,yang membentuk jaringan itu.Program inilah yang disebut www,atau World Wide Web.Tahun 1992,komputer yang saling tersambung membentuk jaringan sudah melampaui sejuta komputer,dan di tahun yang sama muncul istilah surfing the internet.Tahun 1994, situs internet telah tumbuh menjadi 3000 alamat halaman,dan untuk pertama kalinya virtual-shopping atau e-retail muncul di internet.Dunia langsung berubah.Di tahun yang sama pula Yahoo! didirikan, yang juga sekaligus kelahiran Netscape Navigator 1.0.

3. Manfaat internet

Apa manfaat dari Internet yang bisa kita dapatkan?,Secara umum ada banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila seseorang mempunyai akses ke Internet.Berikut ini sebagian dari apa yang tersedia di internet:
1. Informasi untuk kehidupan pribadi :kesehatan,rekreasi,hobby,pengembangan pribadi,rohani,sosial.
2. Informasi untuk kehidupan profesional atau pekerja :sains,teknologi,perdagangan, saham,komoditas,berita bisnis,asosiasi profesi,asosiasi bisnis,berbagai forum komunikasi.
Satu hal yang paling menarik ialah keanggotaan internet tidak mengenal batas negara, ras, kelas ekonomi,ideologi atau faktor faktor lain yang biasanya dapat menghambat pertukaran pikiran.

Internet adalah suatu komunitas dunia yang sifatnya sangat demokratis serta memiliki kode etik yang dihormati segenap anggotanya.Manfaat internet terutama diperoleh melalui kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu.Untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia,sudah waktunya para profesional Indonesia memanfaatkan jaringan internet dan menjadi bagian dari masyarakat informasi dunia.

Sejarah internet Masuk ke Indonesia - Sekilas Sejarah internet Masuk ke Indonesia ini,yang mana dimulai pada awal tahun 1990-an.Saat itu jaringan internet yang ada di Indonesia lebih dikenal sebagai Paguyuban Network,dimana semangat kerjasama,kekeluargaan dan gotong royong sangat hangat dan terasa diantara para pelakunya atau Pengguna Internetnya.Agak berbeda dengan suasana Internet Indonesia pada perkembangannya kemudian yang terasa lebih komersial dan individual pada sebagian aktivitasnya,terutama yang melibatkan dengan perdagangan Internet.Sejak tahun 1988,ada pengguna awal Internet di Indonesia yang memanfaatkan CIX (Inggris) dan Compuserve (AS) untuk mengakses internet.

Hanya ini yang dapat saya tuliskan tentang Sejarah Internet di dunia dan juga Sekilas Sejarah Internet masuk ke Indonesia,mohon maaf kalau tidak begitu lengkap penjelasannya maupun tidak mendetail,semoga artikel sejarah ini bisa bermanfaat bagi anda yang membutuhkan.data tentang Sejarah Internet diatas diambil dari dokumen yang ada dikomputer yang saya pakai untuk menuliskan artikel ini,dan juga ada yang dari Wikipedia.