Sabtu, 04 September 2010

Kesalahan Dalam Mendidik Anak


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Ibu adalah tempat pendidikan pertama bagi anak-anak dan rumah adalah sebuah batu bata yang dengannya batu bata serupa terbentuk menjadi bangunan masyarakat. Di dalam rumah yang terbangun di atas pondasi menjaga ketentuan-ketentuan Allah, yang tegak dengan pilar-pilar kecintaan, kasih sayang, sikap itsar (mengutamakan orang lain) dan saling membantu dalam kebajikan dan taqwa, di dalam rumah seperti inilah akan lahir generasi pilihan ummat, anak sholeh dambaan setiap orang tua.
Sebelum seorang anak terdidik di tempat pendidikan dan masyarakat, rumah dan keluargalah yang terlebih dahulu mendidiknya. Seorang anak ibarat peminjam yang dari kedua orang tuanya ia mendapatkan pinjaman prilaku luhur, sebagaimana kedua orang tuanya bertanggung jawab dalam porsi besar dalam penyimpangan prilaku anak. Betapapun besar tanggung jawab ini, namun banyak orang tua yang mengabaikannya dan tidak melaksanakan sebagaimana semestinya, akibatnya mereka menelantarkan anak dan melalaikan pendidikan mereka. Kemudian, bila terlihat penyimpangan pada prilaku anak-anak merekapun berkeluh kesah. Mereka tidak sadar bahwa merekalah sebab pertama bagi penyimpangan tersebut, yaitu akibat mereka melalaikan amanah anak yang Allah berikan kepada mereka.
Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“ Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahuinya ” (QS. Al-Anfaal : 27)

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “ Setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang suami pemimpin dirumahnya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya”. ( HR. Bukhari daN Muslim dari Abdullah Bin Umar Radiyalallahu ‘Anhu)
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya untuk meningkatkan pendidikan di rumah terutama dari keluarga yang bertujuan agar orang tua tidak salah dalam mendidik anak.
Untuk mendeskripsikan pokok-pokok masalah dalam makalah ini, penulis mengemukakan pertanyaan sebagai berikut.
1.Bagaimana cara meningkatkan pemahaman supaya tidak ada pemaksaan kehendak kepada anak?
2.Bagaimana cara meningkatkan pemahaman supaya tidak ada pilih kasih terhadap anak?
3.Bagaimana supaya anak tidak terlalu dimanjakan?
4.Bagaimana cara orangtua supaya tidak memberikan sikap yang tidak berlebihan terhadap anak?

C.Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskrifsikan hal-hal yang berkaitan dengan kesalahan orangtua dalam mendidik anak.
Secara khusus penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.Meningkatkan pemahaman supaya tidak ada pemaksaan kehendak kepada anak.
2.Meningkatkan pemahaman supaya tidak ada pilih kasih terhadap anak.
3.Tidak lagi memanjakan anak.
4.Tidak memberikan sikap yang berlebihan terhadap anak.



D.Metode dan Teknik Penulisan
Berbagai informasi hasil pengamatan dan pembuktian sangat diperlukan untuk menjawab atau memberikan alternatif jawaban dari pokok permasalahan yang disajikan dalam makalah ini. Penyusunan makalah ini penulis tempuh dengan metode:
a.Mengamati keadaan di sekitar lingkungan.
b.Internet.
E.Sistematika Penulisan

Berikut merupakan sistematika penulisan mengenai Kesalahan Dalam Mendidik Anak
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
D.Metode dan Teknik Penulisan
E.Sistematika Penulisan
BAB II. PEMBAHASAN
A.Pemaksaan Kehendak Anak
B.Pilih Kasih Terhadap Anak
C.Memanjakan Anak
D.Sikap Berlebihan Pada Anak
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
B.Saran
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pemaksaan Kehendak Pada Anak
Peran orangtua dan lingkungan yang sering dianggap sebagai penolong bisa juga menjadi penghambat bahkan bumerang bagi anak dalam menguasai tugas-tugas perkembangan pada usia dini.
Tidak dapat disangkal bila orangtua berkeinginan membentuk kepribadian dan kecerdasan anak, mereka cenderung menginginkan yang terbaik. Tetapi tanpa disadari, perhatian yang berlebihan ataupun pemaksaan kehendak kepada anak malah akan menimbulkan gangguan kejiwaan. Wujud dari kenakalan maupun gangguan perkembangan ini bisa dilihat dari sikapnya yang sering memusingkan orangtua, sikap menentang berlebihan, bahkan kecenderungan untuk bertindak agresif dan bunuh diri. Guna mencegah gangguan perkembangan dan perilaku yang menyimpang pada anak pada waktu dewasa, yang terbaik adalah mengontrol perkembangannya dari usia 0 tahun hingga 6 tahun.
Demikian peran orangtua memang sangat penting untuk mencegah gangguan perkembangan anak, namun dominasi orangtua dalam mengontrol perkembangan anak juga bisa menjadi bumerang bagi si anak itu sendiri. "Pola asuh yang salah, seperti sikap yang otoriter dan overprotektif dari orangtua bisa memicu munculnya gangguan perilaku dan emosional masa kanak-kanak"
Yang terbaik dilakukan orangtua dalam mengasuh anak-anak adalah selalu bersikap bijaksana. Ada 6 masukan yang bisa diterapkan untuk memperkaya pengetahuan dan kebijaksanaan sikap orangtua menghadapi anak, di antaranya selalu menunjukkan teladan bukan sekadar kata-kata nasihat dan ajarlah anak untuk mengenal arti kecewa serta bagaimana me-"manage" kekecewaan ini. Ia menyarankan buatlah anak-anak bahagia, karena kebahagiaan ini mempengaruhi penyesuaian diri mereka saat menjalani masa kanak-kanak dan akan mempengaruhi cara mereka memandang kehidupan ini.
Yang menarik terungkap hampir 92 persen penyebab dari gangguan perkembangan disebabkan oleh ibu. Tekanan yang diberikan ibu kepada anak-anaknya ini tentu saja tidak secara sadar dilakukan melainkan karena terlalu sayangnya mereka pada anak.
Dijelaskan, yang paling sering dipersepsi keliru oleh orangtua dan masyarakat adalah gangguan pemusatan perhatian (GPH) dengan Gangguan Tingkah Laku (GTL). Bila gangguan terakhir yang menjadi permasalahan anak, yang paling penting untuk disembuhkan adalah orangtuanya. Karena GPH atau kenakalan pada anak timbul akibat kurangnya perhatian ataupun terlalu berlebihannya orangtua melindungi anak. Solusi terbaik dalam menangani anak nakal ini, dengan cara memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk bertindak sesuai dengan keinginannya, jangan malah dibatasi atau dimarahi.

B.Pilih Kasih Terhadap Anak
Konsep Menanggapi Pilih Kasih dalam Keluarga. Seorang anak harus memiliki pandangan bahwa ada 2 jenis perlakuan ortu kepada anak-anak mereka.
1.Sebagai Anak yang Disayangi
Adanya anak yang lebih disayangi di keluarga, inilah yang biasanya menjadi awal timbulnya isue pilih kasih di keluarga. Tapi untuk konsep ini memang orang tua akan memilih anak yang akan mendapat perlindungan lebih, anak yang di didik dengan lembut sehingga terkesan dimanjakan. Biasanya orang tua memilih anak yang dilindungi ini karena anak ini memiliki kelemahan, suatu sakit, atau pengalaman psikis antara dia dan orang tuanya. Tapi bukan berarti anak ini dimanjakan, dia tetap dididik dengan nilai-nilai yang sama dengan jenis anak yang satunya hanya saja cara mendidiknya tidak seberat anak yg dibanggakan.
2. Sebagai Anak yang Dibanggakan
Orang tua memberikan perlakuan yang sedikit keras kepada anak yang dibanggakan, nilai-nilai yang diberikan mungkin sama dengan anak yang disayang tapi cara mendidiknya sedikit punya standar lebih tinggi karena orang tua ingin membentuk dia menjadi orang yg benar-benar bisa dibanggakan oleh orang tua. Biasanya orang tua memilih anak dijadikan anak yang dibanggakan bukan berdasarkan karena benci, sehingga di didik begitu keras, tapi orang tua melihat potensi bahwa anak itu sanggup untuk digembleng menjadi anak yang membanggakan.

Dari konsep diatas ingin disampaikan bahwa sebenarnya tidak ada pilih kasih dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua. Jadi kita atau anak-anak yabg lain, apabila orang tua memberikan pengajaran yang berat/keras kepada, maka orang tua ingin menjadikan anak yang bisa dibanggakan. Jadi jangan sakit hati atau merasa dendam kepada orang tua. Tanamkan selalu bahwa orang tua cinta dan ingin membentuk menjadi orang yang dibanggakan.
Jika merasa di didik dengan lebih pelan dari cara pertama diatas, mungkin anak yang dikasihi orang tua mungkin merasa baik-baik saja dikeluarga karena pasti saudara yang iri akan posisi ini. Tapi harap dimengerti bahwa, orang tua lebih menyuarakan cerita mengenai perkembangan "anak yang dibanggakan" apabila mereka dalam pertemuan dengan orang tua lain, mereka akan bercerita tentang anak yang dibanggakan karena anak jenis ini dibentuk untuk dibanggakan, dan saat-saat bercerita itulah anak yang dibanggakan menjadi isi otak dari ortu untuk disampaikan. Jadi jika merasa sebagai anak yang dikasihi, tunjukkan kepada orang tua dan saudara bahwa anda sanggup juga untuk dibanggakan.. Sedangkan untuk anak yg dibanggakan, jangan mengecewakan didikan orang tua. Karena ada saatnya berterima kasih atas perlakuan tersebut ini jg berlaku untuk anak yg disayang.

C.Memanjakan Anak
Hati-hati jika orang tua terlalu memanjakan anak. Perlakuan orang tua tersebut ternyata dapat menimbulkan efek tidak baik di kemudian hari. Anak akan menjadi pribadi yang rapuh, tidak bertanggungjawab, tumpul kepekaan sosialnya, dan egois. Padahal saya yakin seratus persen orang tua tidak menginginkan anaknya berkepribadian seperti itu. Mumpung belum terlambat, segera ubah perlakuan terhadap anak-anak. Ajari mereka bersikap mandiri sejak kecil. Paling tidak, saat anak sudah memasuki usia Sekolah Dasar ia harus sudah belajar mandiri. Tidak perlu terlalu muluk-muluk, berikan ia tanggungjawab yang mudah dulu. Seperti menyiram bunga, menguras bak mandi, merapikan tempat tidur, dan lain-lain. Bertahap namun pasti orang tua bisa memberikan tanggungjawab yang lebih besar seiring dengan perkembangan usianya.
Seringkali, orang tua menomor satukan anak dalam hal pelayanan. Segala kebutuhan anak selalu dipenuhi bagaimana pun caranya. Kehadiran anak dijadikan mitos sebagai pembawa rezeki dan kebahagiaan dalam keluarga. Orang tua menaruh harapan-harapan kepada anak-anaknya agar mereka memberikan kebanggaan dan kebahagiaan. Banyak orang tua berharap anak-anaknya dapat hidup lebih baik dari diri mereka secara moril dan materil sehingga tidak jarang orangtua menjadikan anak-anaknya sebagai aset keluarga. Orangtua yang terlalu berharap berlebihan kepada anaknya sesungguhnya justru membebani hidup anak itu sendiri. Sebab anak akan merasa terpasung dalam menentukan sikap sesuai dengan keinginannya (niat dan bakatnya).
Atas hal itu, orangtua pun mempunyai cara-cara tersendiri dalam merawat, menjaga, dan mendidik anak-anak mereka. Demi mencapai harapan-harapan mereka, seringkali cara mendidik yang dilakukan orang tua kurang tepat. Masalah utamanya karena orang tua kurang memiliki pengetahuan dan wawasan yang memadai dalam mendidik putera puterinya.
Ada tipe orangtua yang karena rasa sayangnya yang begitu besar pada sang anak, bersikap lunak dengan memperturutkan semua keinginannya. Mereka tidak tega untuk mengatakan 'tidak pada anak. Akibatnya, anak terbiasa tanpa kesulitan atau hambatan apapun untuk mendapatkan keinginannya. Hal itu membuat pribadi mereka menjadi rapuh dan tidak tahan uji. Walaupun sebenarnya orang tua tahu bahwa hidup itu penuh ujian dan masalah tapi tetap saja memanjakan anak-anaknya secara berlebihan. Padahal keterampilan dalam menghadapi masalah dan ujian itulah yang sebenarnya perlu ditanamkan kepada anak sejak mereka masih kecil. Agar kelak mereka mampu menghadapi masalah dan ujian yang lebih besar lagi.
Mengikuti tips dari Mas Ricky mengenai Efek Parasit Dalam Bisnis Internet, beberapa waktu yang lalu saya membaca ebook mengenai biografi orang-orang yang sukses dalam hidup seperti KH. Abdullah Gymnastiar, Ciputra, Puspo Wardoyo, Bill Gates, dan lain-lain. Dari situ saya dapat mengambil satu benang merah bahwa sejak kecil mereka di didik dan di biasakan oleh orangtuanya untuk bersikap mandiri. Mereka sudah terbiasa merasakan susahnya hidup, menghargai uang, dan menghargai waktu sejak kecil. Tidak jarang mereka diajak orangtuanya untuk membantu berjualan di toko keluarga, merawat tanaman di kebun, atau menjajakan kue keliling kampung. Walaupun kebanyakan orang tua mereka tidak berpendidikan formal, namun mereka tahu bagaimana cara mendidik anak-anaknya di rumah. Hal itu sangat berbeda dengan zaman sekarang yang rata-rata orangtua berpendidikan tinggi namun seringkali salah dalam mendidik anak-anaknya di rumah. Hingga, tidak jarang anak sekarang masih sangat tergantung dengan orang tuanya saat ia sudah dewasa bahkan sudah menikah sekalipun.
Seringkali secara tidak sengaja, biasanya untuk menumpahkan kasih sayang, memperlihatkan bahwa kita sayang sekali pada si kecil, kita memanjakan anak dengan berlebihan tanpa disadari efek yang terjadi di masa depan anak. Padahal dengan kemanjaan itu bisa membuat anak tidak survive saat ia dewasa kelak. Ia akan selalu ragu untuk melangkah, tidak yakin mana yang benar dan mana yang salah, tidak percaya diri, karena di tiap langkahnya selalu ada bayangan orangtuanya, biasanya terutama ibunya. Apalagi untuk ibu yang bekerja di luar rumah, untuk menebus perasaan bersalah pada anak-anak, seringkali kemanjaan itu diperlihatkan dengan gaya hidup yang konsumtif, memberikan apapun yang anak mau tanpa melihat fungsi, kegunaan benda itu, asal anak senang, maka hilanglah perasaan bersalah itu. Lalu biasanya anak akan sukar untuk mensyukuri apa yang ia miliki, cenderung boros dan senang berfoya-foya saat ia bertambah besar. Tidak empati pada sesama, menyepelekan orang yang dibawahnya. Ia juga tidak akan mengerti bahwa uang atau materi yang ia dapatkan adalah hasil kerja keras kedua orang tuanya. Juga dengan membiarkan apapun kesalahan yang diperbuat anak, yah biarlah toh masih anak-anak. Padahal menurut seorang psikolog, pendidikan untuk anak itu akan lebih mudah masuk ketika anak itu berusia dibawah 8 tahun, bila diatas usia itu akan lebih susah lagi untuk mendidiknya. Apapun kesalahan anak tentunya harus diberi sangsi, tentunya sangsi yang tidak berbentuk kekerasan dalam rumah tangga.
Akan lebih mudah bila pola pendidikan dimulai sejak anak masih kecil atau sejak anak masih di dalam kandungan. Dimulai dengan bacaan-bacaan Al Qur’an saat anak tengah dikandung, dibiasakan bacaan Al Qur’an itu untuk didengar telinga anak sejak masih bayi sampai seterusnya, lalu mata anak tidak dimanjakan oleh tontonan-tontonan TV yang tidak ada gunanya atau dibiasakan dengan tontonan orang dewasa, seperti sinetron dimana anak itu belum bisa mencerna apa yang dilihatnya. Orang tua harus pandai-pandai memilih tontonan yang baik untuk sang anak. Bila tidak ada lebih baik tidak menonton TV.
Kemudian hal yang lebih penting lagi, menurut seorang psikolog adalah tidak memaksakan kehendak dan memperlakukan anak sesuai usianya. Seringkali orang tua ingin menjadikan anak sebagai little parent, anaknya suka seni orang tua memaksakan ia harus jago bisnis seperti ayahnya. Melihat kelebihan anak di segi apa, misalnya tidak memaksa anak harus pintar matematika sementara si anak lemah di bidang itu, karena untuk survive yang dilihat kan tidak dari IQ saja tapi bisa juga dilihat dari EQ anak. Bila anak masih TK atau SD perlakukan sesuai usianya, juga dalam hal memberi sangsi, tidak memperlakukan anak yang masih SD atau TK dengan didikan anak-anak yang sudah masuk SMP atau SMU, atau sebaliknya tidak memperlakukan anak yang telah SMU seolah-olah ia masih anak kecil saja.
D. Sikap Berlebihan Pada Anak
Sikap Protektif Yang Berlebihan Bisa Memberikan Dampak Buruk Bagi Psikologis Anak
Mungkin ada bagusnya jika anak diberi pendidikan yang ketat dan serius, seperti diberikan batasan ini dan itu agar ia menjadi anak yang patuh. Tetapi satu hal yang mungkin tidak orangtua sadari, terkadang hal tersebut bisa berakibat negatif terhadap kepribadian anak itu sendiri.
Mungkin orangtua berpikir bahwa apa yang orangtua lakukan adalah hal yang benar, tetapi sebenarnya hal tersebut apabila melewati privasi sang anak, dapat membuat kondisi psikologisnya menjadi sangat buruk, dan membuat dirinya bahkan menjadi anak yang tidak berani menghadapi kehidupan.
Mungkin Anda bertanya, apa sih efeknya dari sikap protektif yang dapat membuat anak menjadi tidak berani menghadapi kehidupan? Jawabannya sebenarnya singkat saja, dengan Anda terlalu banyak membatasi gerak-geriknya, maka anak Anda akan menjadi orang yang penasaran akan hal-hal yang sebenarnya dilarang. Bahkan ketika menghadapi kerasnya dunia, ia akan merasa takut, karena biasa hidup dengan peraturan yang berlebihan dan secara pribadi tidak pernah menghadapi dunia yang keras seorang diri. Setelah itu, akibatnya sudah pasti, yaitu tidak dapat mengambil keputusan sendiri!!
Mendidik anak memang suatu hal yang sangat penting. Bahkan, tanpa adanya didikan, maka seorang anak tidak akan menjadi berhasil. Namun, dalam perkembangannya, seorang anak tidak boleh terlalu dibatasi gerak-geriknya karena ada fase dimana ia harus mengambil keputusan dari dirinya sendiri.
Berikut ini adalah tips yang bisa Anda lakukan untuk mendidik anak Anda tanpa harus bersikap over protective yang berlebihan :
1. Berikan pendidikan yang baik pada anak Anda.
Anda boleh menentukan batasan-batasan norma yang berlaku, Anda boleh memarahinya jika memang dia melakukan kesalahan, namun Anda tidak boleh membatasinya ketika memberikan pendapat. Membatasi pendapatnya akan membuatnya menjadi penasaran akan hal-hal yang dilarang dan akan merusak kondisi psikologisnya.
2. Anda harus sesekali memberinya kebebasan untuk mengetahui segala hal, namun juga harus memberikan pengarahan.
Hal tersebut berguna sehingga ketika ia akan membuat keputusan, hal tersebut memang karena berasal dari dirinya sendiri, bukan karena dibawah paksaan atau tekanan.
3. Berikan padanya waktu untuk bersosialisasi.
Anda harus sesekali memberikannya waktu untuk bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga pada saat ia dewasa, ia mempunyai keberanian untuk menghadapi kerasnya dunia. Anak yang gerak-geriknya terlalu dibatasi secara berlebihan, ia pasti tidak akan berani menghadapi kerasnya dunia dan akan lebih cepat memiliki penyakit hati karena ia tidak pernah mengetahui kerasnya dunia luar.
4. Jelaskan pada anak Anda bagaimana menjadi pribadi yang baik di depan masyarakat tanpa terlalu membatasi gerak-geriknya
Anak yang terlalu dibatasi gerak-geriknya secara berlebihan cenderung menjadi kurang memiliki hati yang berbelas kasihan dan terkadang bersifat angkuh. Hal tersebut terjadi karena ia sudah menjadi jenuh terhadap kehidupan sehari-harinya dan membuat kepribadiannya menjadi dingin terhadap lingkungan sekitarnya dan cenderung ingin menunjukkan eksistensi dirinya. Untuk mengatasi hal tersebut, Anda memang perlu memberikan batasan agar jalannya tidak melenceng, tetapi tetap harus mau untuk mengajarkan untuk bersikap gentle dan berani menghadapi kehidupan, bukannya hanya membatasi ini dan itu tanpa mengajarkannya menjadi pribadi yang baik di masyarakat.
5. Jadikan anak Anda sebagai sahabat Anda.
Mengajari anak Anda bertutur kata yang sopan adalah baik, namun jika ia ingin berbicara dengan bahasa anak muda atau bahasa gaul, hormatilah dia dan berlakulah sebagai sahabatnya, sehingga ia merasa dihargai.
6. Ajarkan anak Anda menjadi pribadi yang kuat, tangguh, dan berani menghadapi hidup.
Hidup itu memang keras. Jika Anda terbiasa menguasai anak Anda dengan berlebihan tanpa mau mendengarkan pendapatnya, hal tersebut bisa merusak psikologisnya karena ia akan menjadi cepat mempunyai penyakit hati.
Yang harus Anda lakukan adalah kenalkan ia dalam segala pekerjaan Anda, tanpa terlalu menekan dirinya, sehingga ia mengetahui pahit manisnya hidup. Sesekali juga biarkan ia mengambil keputusan dari dirinya sendiri, sehingga ia akan menjadi pribadi yang tegas dan bertanggung jawab. Dalam pengambilan keputusan, apabila sesekali ia melakukan kesalahan, Anda jangan langsung mengekang dan membatasinya, namun berikan pengarahan padanya, dan jelaskan dimana kesalahannya. Setelah ia sadar, berikan kesempatan lagi baginya untuk mencoba lagi, sehingga ia merasa dihargai dan akan menjadi pribadi yang kuat.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam rangka tidak adanya lagi kesalahan dalam mendidik anak, Orang tua harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang anak dan perkembangan anak. Tidak cukup pengetahuan, orang tua juga dituntut memiliki emosi yang stabil. Dengan demikian dalam mendidik anak, tidak terjadi penyimpangan. Berbagai cara dapat dilakukan orang tua dalam rangka mendidik anak.
Dalam pembuatan makalah Kesalahan dalam Mendidik Anak ini di harapkan para orang tua atau keluarga dapat membangun dan mendidik anak dengan kasih sayang tanpa ada kekerasan, memaksakan kehendak, pilih kasih terhadap anak, memanjakan anak, dan memberikan sikap yang berlebihan kepada anak. Orang tua juga dituntut memiliki kepekaan terhadap reaksi anak apakah cara yang diterapkannya disukai anak atau tidak.

B. Saran
Peran orang tua dalam mendidik anak menempati posisi yang sangat penting agar perkembangan anak menjadi optimal. Berikut adalah saran-saran untuk orangtua agar tidak ada lagi kesalahandalam mendidik anak:
1. Tidak Memasukkan anak ke tempat pendidikan atau sekolah yang di dalamnya mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan aqidah, tauhid dan terdapat pelanggaran syar’i di dalamnya
2. Tidak Melalaikan pendidikan agama terhadap anak.
3. Tidak Memasukan media perusak kedalam rumah
4. Tidak Memanjakan anak dan tidak mengajari mereka untuk memikul tanggung jawab.
5. Tidak Bersikap keras dan kasar kepada anak .
6. Kurangnya perhatian orang tua kepada anak atau curahan kasih sayang orang tua kapada anak.
7. Tidak memahami psikologis dan karakter anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda sangat membantu saya untuk lebih maju.